Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan menunjukkan peningkatan pembayaran BPJS kesehatan bukanlah satu-satunya solusi mengatasi defisit di tahun 2026.
Ahmad Nur Hidayat, Kepala Ekonom dan Analis Kebijakan Publik UPN DKI Jakarta, mengatakan peningkatan iuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan berdampak positif terhadap masyarakat, terutama di kalangan pengangguran. . peserta.
Kenaikan iuran menyulitkan anggota dari kelompok ekonomi lemah untuk membayar iuran bulanan mereka, yang pada gilirannya menyebabkan lebih sedikit anggota.
Selain itu, peningkatan iuran dapat menambah beban rumah dan menimbulkan ketidakpuasan sosial. Bagi mereka yang berada di kelas menengah ke bawah, upah yang lebih tinggi dapat mengikis daya beli yang terkena dampak inflasi dan kenaikan harga konsumen.
Oleh karena itu, menaikkan upah merupakan upaya terakhir dan jika tidak ada pilihan lain, kata Ahmad dalam pidatonya, Rabu (13/11/2024).
Sejumlah solusi luas dan inovatif dapat diterapkan, seperti pertukaran reksa dana, kata Ahmad. Soal investasi, dia menyarankan BPJS Kesehatan untuk berinvestasi pada saham-saham yang menguntungkan namun aman. Hal ini dapat meningkatkan tambahan pendapatan pemerintah.
Kedua, BPJS Kesehatan akan bernegosiasi dengan produsen obat dan bekerja sama dengan industri farmasi untuk mendapatkan obat penyakit berbahaya dengan harga murah.
Kombinasi ini akan mengurangi biaya obat yang digunakan oleh pasien serius, kata Ahmad.
Ketiga, meningkatkan efisiensi. Ahmad meminta BPJS Kesehatan melakukan audit komprehensif untuk mengidentifikasi pemborosan dan inefisiensi dalam operasional sehari-hari. Menurutnya, meningkatkan penggunaan sumber daya dan memangkas biaya-biaya yang tidak perlu dapat membantu mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas layanan.
Keempat, tindakan preventif dengan mengalokasikan dana lebih besar untuk program pencegahan dan penyakit, terutama penyakit berbahaya seperti jantung dan diabetes.
“Mendidik masyarakat tentang hidup sehat dan deteksi dini dapat mengurangi biaya kesehatan dalam jangka panjang.
Kelima, penyesuaian sistem penyaluran, yaitu dapat memilih peningkatan iuran bagi seluruh peserta. Achman mengatakan, BPJS Kesehatan bisa mempertimbangkan program donasi yang sederhana. Misalnya program yang berkaitan dengan masalah kesehatan atau manfaat bagi masyarakat yang menjalankan pola hidup sehat.
Ahmad juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah terhadap keberlanjutan proyek JKN BPJS Kesehatan. Ia mengatakan, pemerintah bisa memberikan bantuan dalam bentuk hibah baru atau keringanan pajak untuk layanan kesehatan tertentu.
“Hal ini akan meringankan beban BPJS Kesehatan, terutama dalam hal pendanaan penyakit kritis,” ujarnya.
Tak hanya itu, dimaksudkan untuk membentuk dana khusus untuk memerangi penyakit berbahaya. Dana ini dapat dikelola secara terpisah dan didukung oleh sumbangan masyarakat dan badan amal. Kemudian, sebagai tanggung jawab perusahaan, bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk menyediakan layanan kesehatan dasar bagi masyarakat setempat.
Layanan kesehatan digital, seperti telemedis dan pemantauan kesehatan jarak jauh, membantu mengurangi biaya perawatan pasien.
“Dengan menggunakan teknologi, BPJS dapat mengurangi frekuensi kunjungan yang tidak perlu ke rumah sakit sehingga menghemat biaya operasional,” kata Ahmad.
Selain itu, ia mengatakan perlunya peningkatan pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan layanan BPJS kesehatan. Perlindungan seperti pelaporan penyakit, tinjauan berkala, dan sistem pelaporan yang transparan dapat mengurangi potensi penyalahgunaan dan penipuan.
“Tidak terbayarnya BPJS Kesehatan pada tahun 2026 bukan berarti tidak bisa dilakukan tindakan yang tepat terlebih dahulu.
Simak berita dan artikel di Google News dan WA