Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai penerbangan milik negara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ( GIAA ) masih melaporkan ekuitas negatif, yang mengindikasikan kesulitan keuangan hingga tahun 2024. dari kuartal ketiga. GIAA bertujuan untuk mencapai ekuitas positif di tahun mendatang melalui berbagai langkah.
Menurut laporan ekonomi, GIAA melaporkan negatif 1,41 miliar pada kuartal ketiga tahun 2024. Ekuitas USD. Ekuitas negatif ini menunjukkan bahwa utang GIAA lebih besar dibandingkan asetnya. Kondisi ini juga menjadi pertanda perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan.
Pada tahun 2024 Pada kuartal ketiga, GIAA sendiri memiliki tambahan $1,24 miliar. kewajiban jangka pendek dalam dolar AS yang melebihi aset jangka pendeknya – 619 juta.
Seiring dengan ekuitas negatif, GIAA mendapat predikat khusus E dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perseroan akan terus memperkuat permodalan. Rasio ekuitas negatif telah turun sejak restrukturisasi utang GIAA tahun ini.
GIAA juga menargetkan setidaknya rekor ekuitas positif tahun depan. “Kalau promosinya positif, kami optimistis tahun depan. Tapi tim akan berusaha semaksimal mungkin tahun ini,” kata Irfan beberapa waktu lalu (11/11/2024).
Salah satu strategi untuk mencerminkan ekuitas positif adalah dengan menerapkan berbagai skema sewa pesawat melalui ijarahi. Skema tersebut dilakukan melalui kesepakatan dengan berbagai tuan tanah atau tuan tanah.
Sebab, dalam skema ini, GIAA bisa mengubah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (FSAS) 73 menjadi PSAK 107.
PSAK 73 merupakan standar akuntansi untuk mencatat transaksi sewa sebagai beban operasional. Sedangkan PSAK 107 merupakan standar akuntansi akad jarah yang digunakan untuk pembiayaan oleh bank syariah dan lembaga keuangan lainnya.
Menurut dia, skema ijarah yang sudah selesai akan mengubah entri di PSAK 107. Sejauh ini, skema ijarah yang sudah selesai menyumbang 10% dari transaksi sewa GIAA.
Ia berharap solvabilitas skema Jarah terus tumbuh. “Kami berharap dapat meningkatkan kapitalisasi pasar juga. Peningkatan solvabilitas juga akan membuka peluang bagi perseroan untuk mendapatkan pembiayaan baru,” kata Irfan.
GIAA terus mencari pengaturan baru dengan tuan tanah lain untuk menerapkan skema ijarah. “Kalau semua menerima [Jarah], kepemilikan kami akan positif,” kata Irfan.
Pada skema Jarah, pada Oktober 2024, GIAA mencatatkan 18,11 juta.
Pertumbuhan laba GIAA sejalan dengan pendapatan yang naik 16,12% YoY (dibandingkan Oktober 2024) menjadi $2,84 miliar. USD dibandingkan dengan USD 2,44 miliar. USD pada tahun 2023 pada bulan Oktober
Laporan keuangan sebelumnya menjelaskan, mulai semester I/2024, GIAA terus mengembangkan fundamental bisnisnya yang didukung oleh keberhasilan restrukturisasi utangnya.
GIAA pun meraup positif 685,81 juta. laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) dalam dolar AS.
Restrukturisasi GIAA dijelaskan pada tahun 2022. Dalam keputusan homologasi 27 Juni lalu GIAA mendapat Rp 7,5 triliun dan 725 miliar. Pendanaan Rp dari Penyertaan Modal Masyarakat (PMN) dan PPA.
“Keberhasilan restrukturisasi utang dan tambahan pembiayaan dari PMN memberikan dampak positif terhadap hasil keuangan dan operasional perusahaan,” tulis Manajemen GIAA pada tahun 2024. dalam laporan keuangan kuartal ketiga.
______________
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel