Bisnis.com, Jakarta – Peluncuran IPO PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) menjadi titik terang dalam reli saham-saham kelas atas akhir tahun ini. Langkah tersebut diharapkan dapat membuka jalan bagi perusahaan mercusuar lainnya untuk mencatatkan sahamnya di BEI.
Pada tahun 2024, kini ada 39 emiten baru yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia setelah menyelesaikan penawaran umum perdana (IPO). Terbaru pada Rabu (13/11/2024) PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk. (NAIK) tercatat IPO Rp 80,25 miliar.
Pekan ini PT Daaz Bara Lestari Tbk. (DAAZ) juga mengajukan IPO ke BEI setelah IPO senilai Rp 264 miliar dan PT Newport Marine Services Tbk. (BOAT) mengantongi R 100,04 miliar dalam IPO yang sedang berjalan.
Meski baru diterbitkan sebanyak 39 perusahaan, namun perseroan belum melakukan IPO senilai Rp 1 triliun atau lebih pada tahun ini. Padahal, BEI menargetkan membeli setidaknya tiga beacon melalui IPO pada tahun ini.
Spekulasi IPO Jumbo baru mengemuka setelah PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mengumumkan rencana penawaran umum perdana anak usahanya PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI).
Perkiraannya, AADI menawarkan sebanyak-banyaknya 778,68 juta saham biasa dengan nilai IPR 3.125 per saham atau mewakili maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dalam IPO.
Saham perdana AADI akan ditawarkan ke publik dengan harga penawaran Rp 4.590 hingga 5.900 per saham. Dengan harga tersebut, total nilai penawaran umum perdana tidak lebih dari Rp 4,59 triliun.
Langkah IPO Adaro Andalan Indonesia ini merupakan bagian dari strategi rotasi bisnis batubara ADRO. Sebelum AADI Adaro Energy sudah memperkenalkan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) akan tercatat di BEI pada 3 Januari 2022 setelah menyelesaikan IPO senilai Rp 660,71 miliar.
Sebelum AADI mengumumkan rencana IPO, BEI mengungkapkan setidaknya ada tiga perusahaan tiang lampu yang berniat go public pertama kali akhir tahun ini.
Direktur Penilai Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan ketiga perusahaan tersebut akan go public atau IPO pada akhir tahun 2024.
“Jadi target mercusuar kita minimal tahun ini lebih dari tiga,” ujarnya saat ditanya IDX Media Group, Senin (11/11/2024).
Dijelaskannya, perseroan yang tergolong perusahaan tiang lampu ini memiliki kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun dan jumlah saham beredar mencapai 20% dari total saham perseroan.
Saat ini tercatat ada 29 perusahaan yang tercatat di saham BEI, kata Nyoman.
“Dari 29 perusahaan potensial yang tercatat, 17 diantaranya memiliki aset besar di atas Rp 250 miliar,” ujarnya, Senin (11/11/2024).
Nyoman mengatakan, ada 10 perusahaan menengah dengan aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar yang mengantri IPO. Apalagi kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan dengan aset kecil atau aset kurang dari Rp 50 miliar.
Berdasarkan data yang dihimpun BEI, 29 perusahaan potensial yang masuk dalam pipeline IPO tersebut sebagian besar berada di bagian keputusan konsumen dan energi dengan masing-masing lima potensi IPO.
Sedangkan tiga emiten potensial berasal dari sektor bahan baku, dua perusahaan dari sektor siklus konsumen, dan tiga perusahaan keuangan. Lalu ada 3 perusahaan kesehatan, 3 perusahaan industri, 1 perusahaan infrastruktur, 3 perusahaan real estate dan properti, serta 3 perusahaan logistik dan logistik Nomor 1
Sebelumnya, Presiden BEI Iman Rahman juga mengungkapkan ketiga beacon tersebut akan melakukan penawaran umum perdana pada akhir tahun ini. Seorang kandidat dari industri energi.
Ketiga perusahaan mercusuar dengan ambang kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun itu akan melakukan IPO pada November-Desember 2024, kata Iman. Oleh karena itu, kehadiran emiten-emiten potensial tersebut akan memenuhi tujuan BEI.
“Itu antara November dan Desember, jadi kami sangat optimis target tiga beacon dengan kapitalisasi pasar besar dengan free float 20% di tahun 2024 akan tersedia,” ujarnya kepada Capital Markets. Seminar Jurnalis di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (31/10/2024).
Satu dari tiga emiten potensial yang diterbitkan berasal dari industri energi, kata Iman. Namun, dia belum bisa memastikan detail informasi tersebut. Juga dengan informasi mengenai dua calon emiten lainnya.
Kevin Praharjawan, Direktur Pasar Modal PT BRI Danareks Securities, mengatakan pasar modal Indonesia tahun ini terpukul keras oleh faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik, makroekonomi, dan politik.
“Jadi, di sisi lain, saya menilai tahun ini bukanlah waktu yang tepat bagi masyarakat yang “tidak melakukan aksi korporasi”.
George Chan, presiden IPO di EY Global, mengatakan investor sedang mempersiapkan paruh kedua tahun 2024, yang bahkan lebih fluktuatif. Ketika inflasi dan suku bunga turun, faktor-faktor baru lainnya akan lebih diutamakan daripada mempengaruhi keputusan IPO.
“Dalam kondisi ketidakpastian yang semakin meningkat, akses pasar yang tepat waktu dan penyampaian informasi ekuitas yang menarik merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang IPO,” katanya.
Di sisi lain, EY mencatat, meski IPO Indonesia mengalami penurunan, Indeks Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan tajam dari 7.139 pada awal Juli ke level tertinggi pertengahan bulan September 2024.
Kenaikan tersebut didorong oleh Bank Indonesia yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada pertengahan September 2024.
Selain itu, Bank Sentral AS (Federal Reserve) memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada periode yang sama, dan diperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga lagi pada bulan November 2024, sehingga dapat memberikan lebih banyak sentimen positif bagi Pasar Modal Indonesia.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel