Bisnis.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia menyatakan belum ada calon emiten sektor teknologi yang masuk antrean atau pipeline penawaran umum perdana (IPO) hingga awal November 2024. Namun potensi IPO bagi startup teknologi terbuka lebar. Kita sedang mendekati masa suku bunga rendah.
Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2024, terdapat 29 calon emiten yang siap listing. Mayoritas berasal dari sektor konsumen dan energi, sedangkan sisanya mencakup sektor kesehatan hingga real estate.
Terkait belum adanya calon emiten teknologi yang masuk dalam pipeline, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hal ini tergantung kemauan atau keengganan masing-masing pelaku usaha di masing-masing sektor.
Kedua, situasi pasar saat ini bergerak dan dinamika bisnis juga bergerak,” kata Nyoman di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (12/11). 2024).
Dia mengatakan sektor teknologi telah berkembang tetapi mulai menurun seiring dengan melonjaknya suku bunga. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat startup atau startup teknologi kurang diminati investor.
Namun, Profesor Nyoman memperkirakan bahwa startup akan kembali tumbuh di masa depan seiring dengan dampak penurunan suku bunga utama yang dilakukan oleh Bank Sentral AS (Fed) dan Bank Indonesia (BI).
“Perubahan suku bunga relatif telah disesuaikan kembali. Mungkin startup akan muncul dan berkembang kembali. “Masalahnya bagi pengusaha, mereka lebih tahu apakah dan kapan mereka ingin melakukan [IPO],” tutupnya.
Sementara itu, laporan BEI mengungkapkan, dari 29 emiten potensial yang IPO, 17 emiten memiliki aset besar atau melebihi Rp 250 miliar.
Selain itu, terdapat 10 perusahaan menengah dengan aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar dan 2 perusahaan dengan aset di bawah Rp 50 miliar siap meramaikan pasar saham di akhir tahun.
Per 8 November 2024, BEI menyebutkan terdapat 36 perusahaan yang tercatat di bursa dengan total dana mencapai Rp 5,42 triliun.
____________________
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel.