Bisnis.com, JAKARTA – Pembiayaan dana khusus dan perusahaan berbasis saha (PMV/S) pada tahun 2024 terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini dibarengi dengan kerugian yang dialami industri.
Hingga September 2024, penanaman modal tersebut disesuaikan sebesar 8,10% year-on-year (yoy) menjadi Rp16,25 juta. Jika dilihat dari pembiayaan bulanannya, pada tahun 2024 penurunan terbesar dimulai pada bulan April 2024 yang turun 12,61% yoy dengan pembiayaan sebesar Rp 16,32 triliun.
Saat ini, berdasarkan laba rugi usaha, pada tahun 2024, usaha tersebut hanya mencatatkan laba sebanyak dua kali, yaitu pada bulan Januari dan Mei, dengan total Rp 17 miliar dan Rp 3 miliar. Selebihnya, industri modal mengalami kerugian sebesar Rp18 miliar pada bulan Februari, Rp41 miliar pada bulan April, Rp52 miliar pada bulan Mei, Rp39 miliar pada bulan Juni, Rp19 miliar pada bulan Juli dan dikurangi menjadi rugi. sebesar Rp 6 miliar pada Agustus tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Modal Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, terjadi perlambatan pembiayaan dunia usaha saat ini karena berbagai faktor eksternal dan internal.
“Menurut analisa kami, yang ada di dalamnya adalah faktor risiko yang berbeda-beda pada setiap PMV/S. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan pembenahan manajemen risiko agar juga mempengaruhi aktivitas pembiayaannya,” kata Eddi kepada Bisnis. . , Rabu (6/11/2024).
Sementara dari sisi luar negeri, hal yang menurutnya berdampak antara lain masih berlanjutnya ketidakpastian dunia akibat tingginya tingkat ketegangan geopolitik, potensi meluasnya perang dagang, dan perekonomian global yang berada di bawah ekspektasi.
Selain itu, Eddi menjelaskan, fokus pendanaan permodalan kini berubah dari menyasar perusahaan start-up menjadi perusahaan yang menunjukkan tingkat pendapatan dan pendapatan yang baik.
Situasi yang tadinya menguasai pasar dengan rencana ‘membakar uang’ untuk pertumbuhan pesat kini mulai menyerah, ”tegasnya.
Meski demikian, Eddi berharap struktur permodalan usaha di Indonesia akan tumbuh dengan kondisi permodalan yang kuat dan pembiayaan yang tidak mencukupi saat ini.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel