Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan jangkauan internet di Indonesia sudah mencapai 97% wilayah. Namun beberapa koneksi internet masih 2G.

Meutya mengatakan, pemerintahan presiden sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi), mampu mencapai 97% cakupan internet di Indonesia. Namun setelah dilakukan pengecekan jaringan, masih banyak wilayah yang hanya terjangkau sinyal 2G dan belum 3G.

Jaringan 2G adalah jaringan seluler generasi kedua yang menggunakan sistem digital untuk menyampaikan komunikasi suara dan teks.

“Dulu dan dulu cakupan koneksinya sudah mencapai 97%, tapi tidak berarti apa-apa kalau koneksinya masih parsial 2G. Jadi artinya masih lambat,” kata Meutya dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR. , Selasa (11/05/2024).

Melihat hal tersebut, Meutya menegaskan, dalam jangka pendek, Komdigi akan memprioritaskan jaringan Internet yang lebih cepat dan mudah diakses di seluruh wilayah.

“Prioritas kami adalah meningkatkan kapasitas agar di beberapa daerah koneksi internet bisa lebih cepat, tidak hanya lebih luas tapi lebih cepat,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Meutya Hafid menegaskan, ada sejumlah prioritas yang akan dikerjakan lembaganya pada 100 hari pertama kerja. 

Hal itu dijelaskannya setelah menerima Keputusan Presiden (Keppres) tentang perubahan nama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) menjadi Menkomdigi. Jadi, lembaga tersebut juga akan fokus memantau permasalahan digital di Tanah Air.

Oleh karena itu, ia merinci dalam waktu 100 hari kerja pihaknya akan fokus pada perlindungan data pribadi, game online, dan pemerataan internet, terutama jaringan 2G. 

“Jadi kemarin beberapa kesimpulan yang kita ambil sebagai Komisi kemarin ya, yang paling dinantikan masyarakat adalah bagaimana melindungi data, bagaimana melindungi PDNS kita, TDN kita, dan juga bagaimana melindungi generasi muda kita dari hal-hal buruk di internet,” ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (21/10/2024).

Lebih lanjut, ia mengatakan fokus selanjutnya, khususnya perjudian online dan pinjaman online (pinjol), juga memiliki dampak yang belum terlihat selama ini, yaitu kekerasan terhadap anak dan pornografi anak.

Krisis Internet ramah anak, kata Meutya, merupakan kerugian tidak berwujud yang sering diabaikan masyarakat.

“Ada kerugian atau kerugian nyata yang tidak kita rasakan dari internet yang tidak diperbaiki. Kekerasan anak, perdagangan anak, pornografi anak. “Nah, itu yang coba kita perbaiki dengan pertimbangan-pertimbangan baru, khususnya dengan data digital,” imbuhnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel