BISNIS.com, Jakarta – Pemerintah telah menggunakan perlindungan dari hambatan tarif selama lebih dari 10 tahun dalam mekanisme anti -dumping (BMAD) untuk melindungi industri baja dari serangan impor murah.
Baru -baru ini, Menteri Manajemen Keuangan (PMK) No. 71/2024 juga memperpanjang BMAD selama 5 tahun ke depan. Sebelumnya, undang -undang ini dikeluarkan pada tahun 2008 oleh PMK no. 39.1/2008 Melarang ekspor produk Hot Rolled Coil (HRC) dari Cina, India, Rusia, Taiwan dan Thailand.
Statuta ini berakhir pada 2 Maret 2013. Setelah 5 tahun pertama validitasnya, peraturan impor diperpanjang oleh PMK no., Karena industri baja masih dilanda impor. 169/2013 yang merupakan PMK no. 10/2014.
Pada saat itu, BMAD memberlakukan tarif di kisaran 4-20% pada impor baja datar atau produk baja non-paduan dari Cina, India, Rusia, Kazakhstan, Belarus, di Taiwan dan Thailand hingga Februari 2019. .
Sebelum berakhir, maka Menteri Keuangan Shri Mulyani memutuskan untuk mengatur negara-negara yang terkena dampak BMAD menjadi Cina, Korea dan Taiwan dengan pajak 4-7% untuk 5 tahun ke depan.
Baru-baru ini, pemerintah baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto telah meningkatkan BMAD menjadi 11,93% untuk 5 tahun ke depan dengan produk baja non-ferrous atau non-paduan terutama di sektor H ke produk sektor. Bijih besi diimpor ke RI
Komite Antidumping Indonesia (Kadi) Danang Prastal Danial mengatakan timnya telah memeriksa produk baja yang diimpor dari Cina 10 kali dalam 10 tahun terakhir.
“Kadi baru saja menyelesaikan inspeksi produk baja yang digulung panas dari Cina,” katanya kepada Business, seperti dikutip pada hari Senin (4/11/2024).
Laporan investigasi antidumping HRP menemukan bukti pembuangan produk baja di Cina, Ukraina dan Singapura. Dalam 3 tahun terakhir, ada peningkatan besar dalam baja dari tiga negara.
Gabungan, impor dari ketiga negara ini tumbuh sebesar 23,9%. Impor dari negara lain telah meningkat sebesar 56,1% selama 2020-2022.
Sebelumnya, Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) melaporkan bahwa banjir produk baja dari Cina ke pasar domestik Indonesia mengurangi persaingan dan mengurangi penjualan produsen baja domestik.
Direktur Pelaksana ISIA Widodo Setiyadharmaji mengatakan pemerintah dan produsen harus menyadari dan mengharapkan masuknya produk baja asing ke pasar domestik yang akan mengurangi penjualan produsen baja domestik tahun ini.
“Banyak produsen baja nasional melaporkan penurunan penjualan hingga 20% dan beberapa dari mereka mengalami kesulitan menjual di pasar domestik karena serangan terhadap produk baja Tiongkok,” kata Widodo kepada Business, Kamis (17/10/2024). .
Menurut catatan ISIA, impor baja dari Cina meningkat 33,92% dari 2,23 juta ton pada Januari-Juli 2023 menjadi 2,98 juta ton pada periode yang sama pada tahun 2024.
Peningkatan baja dari Cina tercermin dalam volume baja dari Cina pada tahun 2023 meningkat sebesar 43,71% dari 2,85 juta ton pada tahun 2022 menjadi 4,05 juta ton tahun lalu.
“Ini telah menyebabkan produsen baja negara kehilangan pangsa pasar domestik dan menghadapi potensi kerugian dan merasa sulit untuk bertahan hidup tanpa dukungan kebijakan pemerintah yang memadai,” katanya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel