Bisnis.com, Jakarta — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) mencatat pertumbuhan pesat pinjaman konsolidasi pada kuartal I-2024. 

Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo mengatakan, realisasi kinerja pinjaman BNI konsolidasi mencapai Rp93,34 triliun per 31 Maret 2024, tumbuh 106% secara year-on-year (year-on-year/yoy).

Ujarnya kepada Bisnis, Senin (20/5/2024).

Ia mengatakan kredit konsolidasi juga diharapkan di masa depan, karena pembiayaan melalui konsolidasi kredit lebih populer dibandingkan penerbitan obligasi.

“Sebaliknya, banyak proyek di sektor energi baru terbarukan [EBT] dalam rangka pencapaian emisi bersih, serta investasi pemerintah, meningkatkan potensi pembiayaan bersama di masa depan,” kata Oki.

Secara terpisah, Executive Vice President Corporate Communications and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan penyaluran kredit BCA secara konsolidasi juga meningkat sebesar 49,08% yoy.

BCA mengelola total pinjaman sebesar Rp32,22 triliun dengan porsi penyertaan terhadap total pinjaman sebesar Rp8,79 triliun atau meningkat 46,21% yoy.

“Pertumbuhan penyaluran kredit yang positif, termasuk konsolidasi, sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang mampu tumbuh 5,11% yoy pada kuartal I 2024,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu (17/5/2024).

Selain itu, kinerja penyaluran kredit BCA secara konsolidasi didukung oleh likuiditas yang solid. 

Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan positif terkait penyaluran kredit terintegrasi pada sektor energi terbarukan yang bersih (EBT). 

BCA berkomitmen mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan menyalurkan pinjaman konsolidasi untuk proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur transportasi, konstruksi, dan ketenagalistrikan.

Sebelumnya, Pengurus Besar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengatakan, potensi penyaluran kredit tahun ini masih besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi. 

Misalnya, perbankan masih menghadapi risiko kredit bermasalah (NPL) pasca restrukturisasi pandemi Covid-19. Bank berusaha untuk menjaga risiko kreditnya dan jika membutuhkan modal untuk proyek besar, konsolidasi adalah salah satu caranya karena bank dapat berbagi risiko. 

Selain itu, pasca merebaknya penyakit Covid-19, kondisi keuangan di banyak sektor mengalami perbaikan, yaitu: produksi dan perdagangan.

“Sektor pertambangan dan energi juga mulai menunjukkan harapan setelah pemerintah mempercepat aliran masuk. Hal ini membuka peluang kredit investasi, modal kerja yang besar, dan membuka peluang pinjaman sindikasi,” kata Amin. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel