Bisnis.com, Jakarta – Outstanding pinjaman P2P sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh double digit per Agustus 2024, melebihi alokasi kredit perbankan yang hanya tumbuh 4,3% year-on-year (YoY/YoY) .
Meski demikian, Evan Nicholas, CEO dan salah satu pendiri Acceleran Group, mengatakan kinerja pembiayaan pinjaman P2P dan kredit perbankan untuk UMKM tidak bisa dibandingkan karena nominal pembiayaannya sangat berbeda.
Hingga Agustus 2024, kredit yang diberikan perbankan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah berjumlah Rp 1.379,4 triliun. Sementara itu, saldo pinjaman P2P pada entitas usaha mikro, kecil, dan menengah hanya sebesar Rp4,97 triliun, namun tumbuh signifikan sebesar 32,87% year-on-year.
“P2P lending memiliki potensi karena mencakup ceruk pasar yang dirindukan perbankan. Terutama pelaku usaha yang memiliki arus kas namun tidak memiliki agunan tanah dan bangunan untuk memperoleh pinjaman dari bank,” kata Ivan kepada Majalah Bisnis, Selasa (29/10/2024).
Selanjutnya, pinjaman P2P memanfaatkan ceruk pasar ini, memberikan layanan pinjaman yang nyaman bagi usaha kecil, menengah dan mikro.
“Para pelaku korporasi ini dapat meminjam dari peer-to-peer lender seperti Akseleran yang menawarkan pinjaman berbasis arus kas seperti invoice financing, purchase order financing, atau inventory financing,” kata Ivan.
Evan tidak hanya fokus pada potensi pasar yang besar, namun juga menekankan bahwa kehati-hatian dalam P2P lending juga menjadi isu penting dalam menjaga rasio kredit bermasalah (TWP90).
“Itulah mengapa Acceleran fokus pada penilaian pinjaman yang prudent. Tidak ada cara yang lebih efektif untuk memitigasi risiko ini selain penilaian pinjaman yang prudent,” tegasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel