Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengindikasikan dana pihak ketiga (DPK) ritel terus menurun, bahkan pertumbuhannya hanya 1% hingga September 2024. Keadaan ini berbanding terbalik dengan simpanan korporasi. Faktanya, pertumbuhannya terus mencapai dua digit.

Berdasarkan kelas nasabah, DPK atau simpanan nasabah perorangan hanya tumbuh 0,6% year-on-year pada September 2024, lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 1%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2024 yang mencapai 5,4% year-on-year.

Sementara itu, DPK korporasi tumbuh sebesar 13,5% year-on-year pada periode yang sama, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,4% pada Agustus 2024. Bahkan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan Januari 2024 yang hanya sebesar 6,2%.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk mengatakan (DNAR) Yehudinal Alamsha mengatakan DBK korporasi lebih fluktuatif dibandingkan DBK perorangan. Hingga akhir September 2024, komposisi DPK tercatat 45% ritel dan 55% korporasi.

“Perusahaan bisa tiba-tiba menarik dana dalam jumlah besar sehingga berdampak pada likuiditas perbankan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29/10/2024).

Selain itu, jika DPK suatu bank sangat terkonsentrasi pada suatu sektor korporasi tertentu, maka bank tersebut berisiko terkena dampak buruk jika sektor tersebut menghadapi risiko keruntuhan, kesulitan, atau konsentrasi.​​

Faktanya, dalam kondisi perekonomian yang lemah, banyak perusahaan yang mengurangi simpanannya, kata Evdinar, yang dapat menyebabkan fluktuasi signifikan pada DPK bank.

Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko, Bank OK terus menyempurnakan strateginya untuk menarik nasabah ritel dengan menawarkan beragam produk tabungan, termasuk suku bunga yang kompetitif dan layanan perbankan yang unggul.​​

Karyawan melayani nasabah di salah satu cabang PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Jakarta, Jumat (5 Agustus 2020). Bisnis/Abdullah Assam

Selain itu, Bank OK juga menyempurnakan platform digitalnya untuk memudahkan transaksi dan pengelolaan keuangan bagi nasabah perorangan, sehingga diharapkan dapat menarik lebih banyak nasabah.​​

“Bank juga membuat program loyalitas bagi nasabah individu untuk meningkatkan motivasi menabung dalam jangka panjang,” ujarnya.

Senada, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Bandon Tbk. (Bank BJP) Jika bauran dana nasabah terlalu tinggi dibandingkan dana yang dimiliki DBK, maka dana korporasi yang masuk dalam portofolio DPK dalam jumlah besar sehingga mempengaruhi risiko konsentrasi, kata UT Renardi.​​

Namun, UT mengatakan bank juga membutuhkan nasabah korporasi sebagai modal mengambang untuk memenuhi permintaan pinjaman yang tinggi dan menjaga jatuh tempo.

“Jika konsentrasi nasabah korporasi terlalu tinggi, penarikan nasabah tersebut akan berdampak pada kondisi likuiditas bank,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29 Oktober 2024).

Menurut dia, struktur DPK yang menunjang likuiditas bersifat bank daerah, dan selain dana korporasi, juga mencakup dana pemerintah daerah dan berimbang dengan dana yang ada.

Perlu diketahui, struktur dana pihak ketiga Bank BJB terdiri dari 40% dana korporasi, 30% dana pemerintah daerah, dan 30% dana perorangan perorangan.​​

“Kami juga menyasar nasabah ritel besar dengan prioritas layanan dana ritel yang saat ini daya belinya (rendah),” ujarnya.​​

Sementara itu, Direktur Riset LPPI Trioksa Siyahan mengatakan, pertumbuhan individu dan dunia usaha di berbagai arah menunjukkan bahwa DPK dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan hidup individu berdasarkan simpanan individu.

Secara terpisah, mungkin ada tanda-tanda bahwa pendapatan kelas menengah dan bawah akan menurun dan mereka akan menggunakan tabungan mereka untuk membiayai kehidupan mereka.

“Di sisi korporasi, peningkatan DPK mengindikasikan adanya perlambatan ekspansi,” ujarnya.

Jika ini terus berlanjut maka akan mempengaruhi arus kas, kata Trioxa. Solusinya memerlukan investasi dan ekspansi baru, sehingga menciptakan lebih banyak peluang untuk meningkatkan pendapatan kelas menengah.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel