Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, Jumat (25 Oktober 2024), rupiah berakhir melemah ke Rp 15.646 per dolar AS. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupee pada perdagangan terakhir melemah 0,40% atau 62,5 poin ke Rp. Di saat yang sama, indeks dolar menunjukkan pelemahan 0,05% ke 103,872.

Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia bergerak berbeda dengan dolar AS. Yen Jepang melemah 0,09%, won Korea melemah 0,62%, dolar Singapura melemah 0,12%, dan dolar Thailand melemah 0,29%.

Setelah itu, Yuan China melemah 0,07%, Peso Filipina melemah 0,63%, dan Rupee India 0,00%. Sedangkan ringgit Malaysia menguat 0,19%, dolar Taiwan menguat 0,03%, dan dolar Hong Kong menguat 0,01%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, di pasar siang tadi (25 Oktober 2024) rupiah ditutup melemah 61,5 poin, sebelumnya melemah Rp 65 poin.

Sementara pada perdagangan Senin (28/10) pekan depan, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun diperkirakan ditutup menguat pada kisaran Rp15.600-Rp15.670 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan stabilitas sistem keuangan Indonesia pada triwulan III 2024 akan tetap bergantung pada dinamika geopolitik global dan arah pelonggaran kebijakan moneter. 

Hal ini sejalan dengan berkurangnya perdagangan internasional menyusul pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan banyak negara besar, Amerika Serikat dan Eropa. Meski demikian, perekonomian Indonesia masih teregulasi dengan baik. 

Sementara pasar dalam negeri diperkirakan tumbuh lebih dari 5% pada kuartal III 2024. Menurut dia, situasi tersebut berlanjut dengan hasil yang baik pada triwulan II tahun 2024, dimana dukungan konsumsi dan investasi keluarga sangat baik.

Konsumsi rumah tangga tetap stabil, terutama pada kelas menengah. Sementara kebutuhan lainnya yaitu investasi semakin meningkat seiring dengan selesainya rencana atau rencana nasional (PSN), termasuk ibu kota negara (IKN) pulau tersebut.

Setelah itu, inflasi tetap rendah dan bertahan di angka 2,5 plus-minus 1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen atau CPI tercatat rendah di seluruh komponen, yakni turun hingga 1,84% year-on-year (YoY) pada September 2024. 

Ibrahim menjelaskan, nilai tukar rupiah juga menunjukkan penguatan didukung oleh kebijakan moneter Bank Indonesia, kombinasi kebijakan moneter, dan pengembalian modal ke dalam negeri. 

Sementara itu, dia menyebut kinerja APBN masih stabil hingga akhir Agustus. Defisit anggaran terkendali meski pendapatan pemerintah turun 2,5% secara tahunan, sedangkan belanja pemerintah meningkat 15,3%. 

Sementara itu, pada akhir Agustus 2024, kesehatan keuangan terus membaik yang tercermin dari surplus neraca primer sebesar Rp161,8 triliun dan defisit sebesar Rp153,7 triliun atau 0,68% terhadap PDB. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel