Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Atau BNI (BBNI) mencatatkan laba bersih Rp 16,3 triliun pada Q3 2024 didorong oleh pemulihan pendapatan operasional dan menjaga kualitas aset yang baik.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI tahun ini terutama disebabkan oleh peningkatan tabungan ritel seiring dengan program transformasi struktur pendanaan. 

Hal ini akan berdampak pada perbaikan cost of fund (CoF) BNI yang tercermin pada rasio net interest margin (NIM) triwulan III 2024. Perkembangan tersebut didukung oleh program yang diselenggarakan perusahaan antara lain digitalisasi aplikasi mobile terkini, pembekalan BNI dan transformasi jaringan kantor dengan fokus budaya penjualan.

BNI juga melihat adanya peluang pengembangan bisnis yang signifikan dan berkelanjutan, sejalan dengan visi pemerintah mengenai pertumbuhan PDB, pengentasan kemiskinan dan program multisektor antara lain infrastruktur, ketahanan energi dan pangan, pemberdayaan UKM, industri anak perusahaan termasuk pertanian dan perikanan, serta program perumahan. termasuk. 

“Optimisme terhadap kebijakan prioritas perekonomian pemerintahan baru, serta proses transisi yang lancar diharapkan dapat menjadi katalis pertumbuhan kredit sektor perbankan ke depan,” ujarnya dalam konferensi pers Q3 2024, Jumat (25/10). / 2024). 

Selain itu, kinerja BNI mencatatkan pemulihan terutama pada kuartal III tahun 2024. Pendapatan operasional sebelum cadangan atau PPOP mencapai Rp 8,8 triliun pada kuartal III 2024, atau mendekati posisi teratas sebesar Rp 8,9 triliun pada kuartal III tahun lalu.

Kinerja PPOP yang kuat ini didorong oleh pertumbuhan margin bunga bersih (NIM) dan pendapatan non-bunga. NIM perusahaan meningkat sebesar 40 basis poin menjadi 4,4% pada kuartal tersebut, didukung oleh peningkatan imbal hasil pinjaman dan penurunan biaya dana. 

Namun peningkatan pendapatan fee didorong oleh pendapatan dari loan recovery, trade financing, dan transaksi pembayaran melalui aplikasi BNI yang terus tumbuh.

Penyaluran kredit tumbuh 9,5% YoY menjadi Rp 735 triliun didukung oleh segmen risiko rendah. Sumber pertumbuhan terbesar adalah pinjaman, kredit konsumsi dan kontribusi dari anak-anak perusahaan, baik dari sektor swasta maupun perusahaan milik negara, serta dari perusahaan-perusahaan blue-chip instansi pemerintah.

“Fokus perubahan yang kami lakukan pada tahun ini adalah memperbaiki komposisi dana pihak ketiga, dan kami berharap keberagaman sumber pendanaan semakin membaik di masa depan,” kata Royke.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel