Bisnis.com, JAKARTA – Investor bereaksi terhadap kondisi nilai tukar mata uang asing yang melemah akibat fluktuasi nilai tukar rupiah dan pembayaran utang pemerintah.

Chandra Wahjudi, Ketua Komite Kebijakan Publik Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), menilai meski melemah, devisa negara kini masih aman. 

Sementara itu, Bank Indonesia mencatat devisa negara hingga April 2024 sebesar US$136,2 miliar, terendah sejak Desember 2022.

Chandra mengatakan, Kamis (9/5/2024) saat dihubungi. “Dulu devisa digunakan untuk membenahi nilai tukar rupee dan membayar utang luar negeri, tapi sekarang sudah aman,” kata Chandra, Kamis (9/5/2024).

Meski masih dalam zona aman, Chandra menambahkan pemerintah juga harus mengharapkan dukungan dolar AS ke depan, sehingga meningkatkan risiko penurunan devisa negara.

Sementara itu, kebijakan devisa melalui ekspor sumber daya alam atau DHE SDA juga dipastikan tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan devisa negara. Di sisi lain, Chandra menilai kebijakan berbiaya rendah yang dilakukan pemerintah sudah sangat baik, meski perlu waktu lebih lama untuk melihat dampak positifnya.

Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tukar mata uang asing harus dilakukan ketika perekonomian global sedang tidak menentu. Antara lain, kata Chandra, mendorong ekspor dan membuat aturan dasar untuk kemudahan berusaha.

Terlihat juga perlunya relaksasi aturan DHE bagi eksportir dengan memberikan opsi persentase penyimpanan luar negeri sebesar 10-20% untuk jangka waktu terbatas di atas 3 bulan. Relaksasi aturan DHE diyakini akan membantu eksportir mengatur arus kasnya.

“Eksportir dapat mendukung secara finansial dan dengan dukungan lain seperti periklanan, akses pasar atau informasi kebijakan di negara pengekspor,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, pada Rabu (8/5/2024), Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Indonesia turun dari US$4,2 miliar atau Rp67,5 triliun menjadi US$136,2 miliar atau Rp2.189,9 triliun (setara kurs Rp16). 078 per USD) pada akhir April 2024.

Bank Indonesia (BI) mencatat devisa pada April 2024 sebesar USD 140,4 miliar atau lebih rendah Rp 2.257 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya.

Fadjar Mazardi, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), menjelaskan alasan penurunan nilai tukar mata uang asing untuk membayar utang luar negeri pemerintah dan perlunya menstabilkan nilai tukar rupiah menjadi perhatian serius sistem keuangan internasional . bisnis. 

Fadjar menambahkan, devisa pada akhir April 2024 masih setara dengan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah, serta lebih tinggi dari standar internasional yang mencapai 3 bulan penyerahan. 

“BI menilai dana devisa memiliki kemampuan untuk mendukung perdagangan eksternal dan menjaga stabilitas perekonomian dan keuangan,” ujarnya dalam keterangan yang dirilis, Rabu (8/5/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel