Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Merkezi Asia Tbk. atau BCA (BBCA) Bank Indonesia (BI) mengomentari dampak penurunan prime rate atau suku bunga BI terhadap suku bunga pinjaman.

Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja pertama kali membandingkan situasi penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve Bank dengan kondisi di Indonesia.

Meskipun The Fed melakukan penurunan suku bunga, Paman Sam menjelaskan bahwa hal tersebut tidak berdampak besar pada pasar Treasury atau obligasi negara.

“Akibatnya, perbendaharaan naik sedikit. Jadi suku bunga utama turun, tapi tagihan Treasury naik. “US Treasury juga dibutuhkan untuk memenuhi APBN,” kata BCA dalam konferensi pers pameran kinerja Q3/2024, Rabu (23/10/2024).

Menurut dia, hal tersebut juga terjadi di Indonesia, dalam hal ini pasar surat berharga negara (SBN). Meskipun suku bunga BI diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) lebih awal, tidak ada penurunan serupa pada imbal hasil SBN di seluruh siklus imbal hasil.

“Sebenarnya [SBN] tidak turun, malah naik sedikit. “Ya, kami melihat ada anomali di sini,” ujarnya.

Menurut dia, penurunan suku bunga BKA bukan karena penurunan suku bunga, melainkan karena kondisi likuiditas yang dinilai memadai. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BCA masih 75%, jauh di bawah perbankan yang sebesar 85% hingga 90%.

“Jadi kita lihat yang utama, pertama, berapa pendapatan SBN, dan kedua, nilai dana kita. Karena dampak penurunan bunga [pajak] ini tidak langsung.”

BI sebelumnya mencatat pada September 2024, suku bunga pinjaman dan tabungan atau deposito akan mengalami kenaikan.

Pada bulan yang sama, rapat Dewan Pengurus BI (RDG) memutuskan untuk menurunkan suku bunga utama (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00% pada 17-18 September 2024.

Berdasarkan laporan analisis jumlah uang beredar, rata-rata suku bunga pinjaman pada September 2024 sebesar 9,24%, meningkat 9,21% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sedangkan suku bunga deposito tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 24 bulan pada September 2024 mengalami kenaikan masing-masing menjadi 4,77%, 5,52%, 5,55%, dan 4,34%, kata BI, Selasa (22/10/2024). .

Sementara itu, suku bunga deposito sampai dengan September 2024 lebih tinggi dibandingkan suku bunga Agustus 2024 yang masing-masing tercatat sebesar 4,76%, 5,47%, 5,46%, dan 4,29%.

Di sisi lain, suku bunga deposito 12 bulan pada September 2024 sebesar 5,89%, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,93%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel