Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,38% atau 59,5 poin ke level Rp 15.626 dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (23/10/2024).

Chief Financial Officer Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pelemahan rupiah berbarengan dengan pelemahan mata uang lokal, termasuk menguatnya dolar AS.

Menurut dia, ketidakpastian pasar akan terus berlanjut karena faktor eksternal, dengan opini pasar sebesar 90% bahwa H kemungkinan akan memilih penurunan suku bunga lebih tinggi sebesar 25 basis poin (bps) pada November 2024, setelah penurunan 50 bps pada bulan September.

“Waktu penurunan suku bunga H akan menentukan kondisi pasar keuangan dan volatilitas rupiah ke depan,” ujarnya, Rabu (23/10/2024).

Perseroan mencatat indeks dolar Amerika Serikat (DXY) menguat 0,26% ke level 104,35. Andry menjelaskan, investor terus memasang taruhannya pada penurunan suku bunga H seiring persiapan jelang pemilihan presiden AS mendatang. 

Dari sisi politik, mereka memiliki kekhawatiran terhadap kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump, juga kekhawatiran terhadap pertumbuhan defisit dan inflasi ekonomi, yang dapat berdampak negatif pada sistem perbankan.

Dengan kondisi global tersebut, Andry meyakini masih terdapat ruang untuk penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada tahun ini.

Oleh karena itu, kondisi perekonomian global, ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah, dan usulan kebijakan moneter menjadi faktor penentu utama yang dapat mendorong bank sentral untuk menurunkan suku bunga.

Di sisi lain, untuk mengurangi volatilitas eksternal, BI diperkirakan akan melanjutkan strategi three-tier dan menjual Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI), Surat Berharga Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Bank Indonesia Mata Uang Asing (SUVBI) ke menjaga stabilitas pasar keuangan dan menjaga aliran uang tetap terjaga

Kebijakan The Fed diperkirakan turun menjadi 4,5%, BI Rate 5,75%, kata Andry.

Ia juga memperkirakan nilai tukar rupiah bisa naik ke kisaran Rp 15.400-Rp 15.700 per dolar dan dalam negeri terlihat 6,4% – 6,6% pada akhir tahun 2024.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel