Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha baru PT Petrosea Tbk, PT Petrosea Infrastruktur Nusantara atau PIN (PTRO). Mereka sedang menyelidiki kemungkinan mengakuisisi lebih banyak infrastruktur pertambangan. Hal ini sejalan dengan ekspansi perusahaan induk dan berbagai tujuan layanan kontrak penambangan.

Direktur PTRO Kartika Hendrawan mengatakan rencana pengembangan infrastruktur pertambangan baru sedang dikaji. Hal ini menyusul ekspansi dan diversifikasi grup pertambangan Barito Group yang dikuasai konglomerat Prajogo Pangestu.

“Sekarang kami sedang melakukan due diligence terhadap aset-aset yang akan diperoleh perseroan. Khususnya banyak aset organik yang akan dibangun perseroan ke depan,” kata Hendrawan saat disampaikan secara online, Rabu (23/10/2024).

Dengan akuisisi ini, Hendrawan berharap posisi Petrosea sebagai kontraktor pertambangan semakin kokoh, sehingga kedepannya perseroan akan mendapatkan keuntungan langsung dari sumber daya properti pertambangan tersebut.

Pendirian perseroan baru tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 83 tanggal 30 September 2024 yang diselesaikan oleh kuasa hukum Unke Mulawanti dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan 83 tanggal 30 September 2024 AHU-0079017 AH.01.01 tahun 2024 terhitung tanggal 8 Oktober 2024

Sementara kepemilikan mayoritas perusahaan baru tersebut dikuasai oleh PTRO sebesar 99,90%, dan sisanya 0,10% dipegang oleh PT Rekakarsa Karya Nusantara.

“Sesuai dengan desain. Kami berharap kiprah Petrosea semakin sukses. Bukan hanya kontraktor EPC yang membangun aset ini, tapi juga pemilik aset ini,” kata Hendrawan.

Sebelumnya, PTRO mengalokasikan investasi peralatan pertambangan baru sekitar Rp 6 triliun atau 400 juta USD.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis awal bulan ini. Manajemen PTRO menyebutkan, investasi awal peralatan tersebut hanya berasal dari PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Trakindo Utama, PT Indotruck Utama, PT Indo Traktor Utama, dan PT Eka Dharma Jaya Sakti.

PTRO telah menyelesaikan pencatatan perdana beberapa proyek jasa pertambangan baru di Kalimantan Tengah. Dengan melakukan pekerjaan pemotongan pertama, pekerjaan Penambangan telah mulai mengerjakan proyek-proyek tersebut.

Sementara peserta Prajogo Pangestu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 88% menjadi US$1,32 juta pada Semester 1/2024.

Berdasarkan data keuangan akhir Juni, pendapatan PTRO mengalami penurunan sebesar US$ 318,02 juta. Atau setara Rp 4,92 triliun (dibanding Rp 15.497), pencapaian tersebut mewakili peningkatan sebesar 16,06% year-on-year (YoY).

Pendapatan kontraktor pertambangan ditopang oleh segmen konstruksi dan engineering sebesar $141,24 juta. atau meningkat 96,43% year-on-year Musim ini pendapatan segmen Mining turun 27,15% year-on-year menjadi US$ 130,57 juta.

Menyusul peningkatan pendapatan, belanja langsung PTRO juga meningkat sebesar 19,33% pada tahun lalu menjadi US$ 277,35 juta. Dengan demikian, total pendapatan perseroan sebesar USD 40,67 juta. Pada semester 1 tahun 2024 atau berkurang 2,25% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan produk. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan. dihasilkan dari keputusan investasi pembaca

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.