Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI rate sebesar 6%. Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga akan terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.  

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warzio mengatakan kebijakan makroprudensial yang terlambat diterapkan untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan pada bidang-bidang prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sesuai BI rate. 

“Sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, tetap mengikuti prinsip kehati-hatian,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (16/10/2024). 

Secara umum, Bank Indonesia terus memperkuat pelaksanaan Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan pertumbuhan kredit lebih lanjut, tegas Perry. 

Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas penerapan kebijakan makroprudensial yang longgar dalam koordinasi kebijakan dengan pemerintah Indonesia, KSSK, perbankan dan pelaku usaha sehingga benar-benar mendukung peningkatan kredit/pembiayaan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendorong pertumbuhan sektor perdagangan dan UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas digitalisasi sistem pembayaran. 

Secara umum, pertumbuhan kredit pada September 2024 masih kuat yaitu mencapai 10,85% (YoY). 

Hingga minggu kedua Oktober 2024, bank tersebut telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,5 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp119 triliun, bank BUSN sebesar Rp110,2 triliun, BPD sebesar Rp24,6 triliun, dan KBA sebesar Rp26 triliun. sebesar Rp 2,7 triliun. 

Insentif KLM disalurkan ke sektor-sektor prioritas seperti sektor hilir mineral dan batubara dan pangan, UMKM, otomotif, perdagangan dan ketenagalistrikan, gas dan air (LGA), serta sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Khusus kredit UMKM, pertumbuhannya tercatat sebesar 5,04% (YoY).

Sementara itu, dari sisi sektoral, pertumbuhan kredit kuat di sebagian besar sektor ekonomi, khususnya jasa dunia usaha, perdagangan, industri, pertambangan dan transportasi. 

Berdasarkan kelompok konsumsi, kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi masing-masing meningkat sebesar 10,01%, 10,88%, dan 12,26% pada September 2024. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel