Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga atau BI Rate sebesar 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 15-16 Oktober 2024.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 15 dan 16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6%, kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (16/10/2024).

Sementara itu, saat mengumumkan suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Perry mengatakan keputusan tersebut sejalan dengan pedoman kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap di bawah target 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, para ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga.

Sekitar 28 dari 38 ekonom yang tergabung dalam koalisi menyatakan BI akan mempertahankan BI Rate. Sementara 10 ekonom meminta BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.

Pendapat perusahaan PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede termasuk salah satu ekonom yang memperkirakan BI akan menaruh minat. Josua menjelaskan, BI akan mempertimbangkan perkembangan terkini penguatan dolar Amerika Serikat atau dollar AS terhadap seluruh mata uang negara Asia.

Menurut dia, penguatan dolar AS disebabkan meningkatnya konflik di Timur Tengah. Tak hanya itu, rilis data ekonomi di AS juga menunjukkan pasar tenaga kerja semakin berkembang.

“Jadi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed berubah,” jelas Josua, dikutip Rabu (16/10/2024).

Namun, dia tidak menutup kemungkinan bahwa ruang penurunan BI Rate akan tetap terbuka jika pandangannya lebih menekankan pada tingkat suku bunga yang terkendali.

Sementara itu, Ekonom Bank DBS Radhika Rao mengatakan bank sentral Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur Perry Warjiyo kemungkinan akan mempertahankan suku bunganya pada bulan ini dan kembali memangkas suku bunga pada akhir tahun.

“Ini akan menjadi keputusan yang sulit,” katanya, menurut Bloomberg.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel