Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bersedia sukses mendirikan kantor atau perusahaan keluarga untuk mengelola kekayaan konglomerat bebas pajak.
Dirjen Pariwisata Silmy Karim menjelaskan, kantor keluarga tersebut merupakan permintaan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Migrasi, lanjutnya, hanya diperbolehkan jika jasanya dibutuhkan.
“Dalam penjelasan saya, ceritanya berpihak pada Imigrasi karena juga ada hubungannya dengan KEK [kawasan ekonomi khusus]. Siap,” kata Silmy di Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024), yang digelar usai Munas Repnas.
Sebagai informasi, Luhut mengumumkan keinginannya membangun kantor keluarga di Indonesia pada awal Juni lalu. Ia ingin Bali menjadi markas kantor keluarga.
Ia menjelaskan, sistem pewarisan keluarga telah menyebar ke negara-negara Asia lainnya. Karena itulah dia ingin melakukannya lagi di Indonesia.
“Sebagai kantor keluarga, banyak orang kaya dunia yang melihat Bali sebagai tempat lain menaruh uangnya di Indonesia, seperti Singapura, Hong Kong, dll. Bahkan di Abu Dhabi, tapi belum membayar,” jelas Luhut. . Di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (6/5/2024).
Ia menjelaskan, meski uang orang kaya tidak dikenai pajak, namun yang terpenting adalah masuknya lebih banyak uang asing untuk memperkuat cadangan nasional Indonesia.
Menurut Luhut, terdapat sekitar 1.500 kantor keluarga di Singapura dengan penghematan sebesar $1,6 miliar. Oleh karena itu, Luhut mengharapkan dana ratusan miliar dolar di Kantor Keluarga Bali ke depan.
Luhut baru-baru ini mengakui Presiden terpilih Prabowo Subianto menyetujui rencana pendirian kantor keluarga. Namun, lanjutnya, terdapat permasalahan di beberapa kementerian yang menghambat pelaksanaan proses tersebut.
“Saya usulkan pembentukan kantor keluarga, saya ceritakan padanya tentang presiden terpilih, dan dia bilang: ‘Saya setuju, kami akan melakukannya.’ Tapi kami berhenti di satu departemen karena saya tidak mengerti alasannya,” ujarnya . 15. Forum CEO Kompas 100, Jumat (10/11/2024).
Namun, dia tidak membeberkan nama departemen terkait. Luhut hanya berkomentar, pemerintah Indonesia akan semakin kehilangan kemampuannya mengumpulkan devisa.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel