Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus pada September 2024 senilai US$3,14 miliar. Capaian tersebut berasal dari ekspor yang meningkat sebesar 10,75% (y/y) dan impor yang tumbuh sebesar 14,42% (y/y).

CEO PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual mengatakan, setiap tahun harga bahan pokok seperti batu bara dan minyak bumi mengalami penurunan. Sementara harga produk lainnya yakni minyak sawit mentah (CPO) mengalami sedikit akselerasi. 

Pada bulan lalu, David juga melihat penguatan rupiah berdampak pada importir yang memanfaatkan peluang tersebut untuk memenuhi kebutuhan kerjanya.

“Impor meningkat terutama untuk kebutuhan bahan baku karena impor diuntungkan oleh murahnya nilai tukar rupiah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/10/2024). 

Meski demikian, David menemukan ekspor dan impor secara bulanan masih mengalami kontraksi dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/MtM).

Ekspor diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 2,49% (MtM), sedangkan impor diperkirakan akan mengalami kontraksi yang dalam sebesar 3,98%. 

Dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar $2,89, perkiraan surplus pada September 2024 dilaporkan lebih besar. 

Selain efek rupee, para ekonom juga berpendapat bahwa peningkatan surplus disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Hal ini tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia yang naik tipis pada September 2024 ke level 49,2 dari posisi bulan sebelumnya 48,9. 

Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosiana Evalita Situmorang menilai aktivitas ekspor-impor akan tetap kuat dan surplus tetap terjaga sebesar US$2,8 miliar. 

Dimana ekspor diperkirakan tumbuh sebesar 8,2% (secara tahunan) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,1%, sedangkan impor diperkirakan tumbuh sebesar 9,5% menjadi 12,5%. 

“Dari sisi impor, aktivitas dalam negeri sejalan dengan pemulihan yang tercermin dari rilis koreksi PMI manufaktur dan persiapan pemasok di akhir tahun,” ujarnya. 

Senada dengan David, Hosiana juga meyakini kuatnya kinerja pasar CPO akan mendukung ekspor yang lebih tinggi. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus hingga Agustus 2024, mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut. 

Tercatat, neraca perdagangan barang dan jasa Indonesia, atau neraca perdagangan dengan negara lain, mencatat surplus sebesar US$2,9 miliar pada Agustus 2024, seiring dengan peningkatan ekspor dan penurunan impor.

Sementara itu, BPS akan memaparkan kinerja ekspor, impor, dan neraca perdagangan Indonesia September 2024 besok, Kamis (15/10/2024) pukul 11.00 WIB.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel