Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengingatkan pengusaha dan pegawai kementeriannya untuk tidak melakukan kekerasan terhadap warga sekitar tambang.

Hal itu disampaikan Bahlil pada acara penutupan Peringatan Pertambangan dan Energi ke-79 di Jakarta, Kamis (10/10/2024). Hadir dalam acara tersebut merupakan pemangku kepentingan di sektor pertambangan serta para menteri ESDM terdahulu, seperti Arcandra Tahar, Jero Wacik, Purnomo Yusgiantoro, dan Sudirman Said.

“Bapak-bapak khususnya di dunia pertambangan, hari bahagia ini saya sembunyikan. Besar harapan saya dari masyarakat di daerah tempat tambangnya berada,” kata Bahlil.

Menurut dia, pihak yang mengambil tindakan harus memperlakukan masyarakat sekitar tambang dengan baik. Bahlil tak ingin hak asasi manusia dirampas.

“Kami akan menjaga mereka dengan hati, jangan sampai mereka menjadi tiran, hak warga di daerah. Itu yang saya perintahkan,” ujarnya.

Bahlil menambahkan, masyarakat di wilayah pertambangan harus diperlakukan secara adil. Jangan membuat masyarakat risih dan mengeluh kepada pemerintah.

Ia berkata: “Sebagai seseorang yang besar di wilayah tersebut, saya tidak ingin saudara-saudara kami di sana terus menentang kami.

Konflik kerap muncul antara masyarakat sekitar tambang dan pengusaha. Menurut data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), pertambangan menyebabkan 32 serangan terhadap pertanian di lahan seluas 127.525 hektare. Perselisihan ini berdampak pada 48.622 keluarga dari 57 desa yang terkena dampak ranjau darat.

Sengketa pertambangan terjadi di banyak tempat selama periode 2014-2020. Badan Pertambangan (Jatam) menyebut operasi penambangan di Indonesia memiliki wilayah konflik seluas 1,6 juta hektar atau sekitar tiga kali luas Pulau Bali.

Dalam cerita Jatam, terdapat konflik antara masyarakat yang menentang perusahaan dan tokoh yang membela perusahaan tambang.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA