Bisnis.com, Jakarta – Panel pakar teknik nuklir menilai biaya operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) lebih murah dibandingkan pembangkit energi terbarukan (EBT) lainnya.

Anhar Riza Antariksawan, Ketua Badan Profesi Insinyur Nuklir Persatuan Insinyur Indonesia, merujuk pada penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang merujuk pada pembangkit listrik tenaga nuklir berkapasitas 1.000 megawatt (mWe). lebih kompetitif.

“Ada berbagai permasalahan ekonomi; Kami akan bergantung pada suku bunga saat ini. Namun secara umum, tenaga nuklir akan kompetitif dalam jangka panjang.

Namun, dia tidak memungkiri investasi yang dibutuhkan lebih mahal. Namun biaya bahan bakar hanya 21 ton selama setengah tahun karena biaya pengangkutan uranium rendah. Selain itu, harga bahan baku nuklir juga masih stabil. T

“Ya, Investasi lebih mahal; Namun karena kami tidak membawa batu bara dan bahan bakar lainnya setiap hari, biaya bahan bakar operasional kami menjadi lebih rendah,” katanya. T

Di sisi lain, Umurnya 80 tahun, hanya 30 tahun lebih lama dibandingkan umur PLTU. Anhar mengungkapkan, setiap PLTN bisa mempekerjakan setidaknya 500 hingga 800 pekerja. T

Selain itu, infrastruktur Indonesia sudah siap, terutama dari segi sumber daya manusia, ujarnya. Ia menilai Indonesia sudah memiliki infrastruktur pendidikan dan beberapa pelatihan dasar di bidang energi nuklir. T

“Pembangunan sumber daya manusianya benar-benar siap,” imbuhnya. T

Selain itu, kata dia, dari 19 jenis infrastruktur yang terdaftar Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Indonesia memiliki 16 infrastruktur yang lolos penilaian badan internasional tersebut. T

“Pada tahun 2019, panel ahli IAEA menilai kesiapan 19 infrastruktur dan menyatakan 16 infrastruktur siap, sedangkan hanya 3 infrastruktur yang belum siap, dengan melibatkan otoritas nasional, manajemen, dan pemangku kepentingan.”

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.