Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merespons tuntutan pengusaha yang meminta produk hilir tambang bisa diserap industri dalam negeri.

Menurut Bahlil, ini murni urusan business-to-business (B2B). Jadi pemerintah tidak bisa lagi membantu dalam hal penjualan.

“Bukankah itu urusan B2B, urusan bisnis, kalau kita memasarkannya? Nah, bagaimana kita melakukannya?” kata Bahlil di Jakarta, Rabu (10/9/2024).

Pernyataan Bahlil itu menanggapi permintaan Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) yang menilai konsumsi produk tambang lebih lanjut harus dibarengi dengan industri dalam negeri. Hal ini dinilai perlu untuk memaksimalkan nilai tambah.

CEO IMA Rachmat Makkasau mengatakan, dalam 5 tahun terakhir, dunia pertambangan telah mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk hilirisasi mineral mentah. Oleh karena itu, ia berharap hasil jerih payah para pelaku industri pertambangan dapat disambut baik oleh industri dalam negeri.

Menurut Rachmat, sayang sekali jika produk mineral olahan dalam negeri justru lari ke luar negeri. “Indonesia berpeluang besar untuk mengambil manfaatnya dan nilai tambah yang besar bisa didapat dari sana,” kata Rachmat di Jakarta, Selasa (10/08/2024).

Ia pun berharap pemerintah bisa membuat kebijakan untuk mendukungnya. Selain itu, kata Rachmat, pemerintah mempunyai tujuan tertentu untuk memperkuat industri.

“Kami berharap para penambang bisa bekerja semaksimal mungkin, dan kedepannya mungkin ada peraturan pemerintah yang bisa memfasilitasi proses tersebut sehingga bisa menciptakan keberlanjutan dari tambangnya, bukan dari hilirnya,” jelas Rachmat. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan tugas para penambang untuk melakukan hilirisasi sudah selesai. Menurut dia, tugas selanjutnya adalah mendorong produk hilir agar bisa dikonsumsi oleh industri dalam negeri.

Dia mencontohkan, saat ini sekitar tiga perempat produksi katoda tembaga PT Schmelzen, smelter pertama Freeport, masih diekspor. Sedangkan sisanya dikonsumsi oleh industri dalam negeri. Sebab, industri hilir yang mengolah katoda dalam negeri masih minim. 

Intinya industri mana yang lebih hilirisasi? Ini sudah kita bangun selama 5 tahun, kata Tony. “Konsumsi katoda tembaga di Indonesia kecil. Karena ada beberapa bahan yang mengandung tembaga yang diimpor utuh.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel