Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara terkait rumor platform perdagangan online atau e-commerce asal China, Temu, akan mengakui PT Bukalapak.com Tbk. (MEMBUKA).

Namun, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima informasi mengenai hal tersebut.

“Tidak ada yang memberi informasi kepada kami. Kami hanya mendengar dari media,” kata Moga di sela Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, Rabu (10/09/2024).

Pemerintah telah mengatur syarat-syarat untuk menjadi Penyelenggara Perdagangan Secara Elektronik (PPMSE). Persyaratan tersebut ditegaskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.

Menurut Moga, sepanjang platform e-commerce asing tersebut memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023, maka pihaknya akan menerbitkan izin.

“Saat seleksi persyaratan sesuai Kemendikbud Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Pembinaan dan Pengawasan PPMSE, ya akan kami keluarkan [izin],” kata Moga saat ditemui di Kemendikbud. Kantor, Senin (10/7/2024).

Di era digitalisasi, Moga menjelaskan keberadaan beberapa platform online tidak bisa dihindari. Namun perdagangan melalui sistem elektronik perlu dikelola dengan baik agar industri nasional tetap mampu bersaing. 

Dalam catatan bisnisnya, Christopher Rusli, Analis Mirae Asset Sekuritas, dalam risetnya menjelaskan BUKA merupakan target akuisisi yang ideal bagi Temu. Alasannya adalah kuatnya kehadiran BUKA di kawasan Tier 2, sejalan dengan rangkaian produk Temu, dan potensi revitalisasi segmen pasar lokal.

Kenaikan harga saham BUKA belakangan ini mencerminkan sentimen pasar yang positif terhadap potensi akuisisi, tulis Christopher.

Dia yakin BUKA kemungkinan akan meminta harga yang melebihi nilai tunainya jika kesepakatan seluruh entitas BUKA berhasil. Mirae Asset Sekuritas juga menilai Temu hanya meminati segmen pasar TERBUKA karena aset lain dinilai tidak relevan.

“Karena potensi akuisisi ini masih bersifat spekulatif, maka perlu dilakukan realisasi untuk mengetahui nilai sebenarnya,” ujarnya.

Jika berhasil, Christopher yakin hal ini dapat menghidupkan kembali Bukalapak, memberikan stabilitas dan sentimen positif yang sangat dibutuhkan menyusul perubahan manajemen dan hasil kuartalan Q2 2024 yang mengecewakan. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Canal WA