Bisnis.com JAKARTA — Manajemen PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) buka suara terhadap kabar yang beredar di kalangan pelaku pasar mengenai rencana pembelian saham perseroan dari perusahaan China Temu. 

Cut Fika Lutfi, Direktur Utama perusahaan Bukalapak, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan, dirinya belum mengetahui adanya informasi mengenai rencana pembelian perusahaan tersebut oleh Temu.

“Jika perseroan mendapat informasi pasti mengenai rencana pembelian tersebut, maka perseroan akan mengungkapkan informasi tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya.

Dia mengatakan, kenaikan harga saham pada 7 Oktober 2024 merupakan reaksi pasar terhadap informasi rencana pengambilalihan perseroan, fakta yang belum bisa dikonfirmasi oleh manajemen BUKA. 

“Perkiraan pasar di luar kendali BUKA,” ujarnya.

BUKA mendorong pemegang saham publik dan investor untuk fokus pada informasi yang diberikan perusahaan.

Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli menilai BUKA merupakan target akuisisi yang ideal bagi Temu. Pasalnya, Bukalapak memiliki kehadiran yang kuat di zona level 2 yang sejalan dengan pangsa pasar Temu.

“Pemikiran untuk menghidupkan kembali segmen pasar temu bisa menjadi penyemangat bagi Bukalapak,” tulisnya, Rabu (9/10/2024). 

Menurut dia, kenaikan harga saham BUKA dalam jangka pendek mencerminkan sikap positif pasar terhadap potensi akuisisi. Sementara itu, berdasarkan valuasi, nilai pasar sebesar Rp 14,9 miliar berada di bawah nilai total BUKA sebesar Rp 18,6 miliar. 

“Kami yakin Temu hanya tertarik pada segmen pasar Bukalapak.”

Dengan menggunakan model DCF 10 tahun, kapitalisasi pasar dan nilai bisnis O2O Bukalapak menghasilkan nilai perusahaan sebesar Rp 1,68 triliun dan ekuitas sebesar Rp 14,4 triliun. 

Setelah disesuaikan dengan utang, pada rasio nilai per pendapatan perusahaan, valuasi BUKA adalah 0,34 kali pada tahun 2024, atau 0,92 kali lebih rendah dibandingkan rekan-rekan global di sektor yang sama setelah dilakukan akrual. 

“Potensi akuisisi masih bersifat spekulatif.” “Jika berhasil, langkah ini akan menghidupkan kembali Bukalapak, memberikan pandangan yang lebih stabil dan positif menyusul perubahan manajemen dan hasil yang mengecewakan pada kuartal kedua tahun 2024,” jelas Christopher.

——-

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.