Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi medis masih akan berlanjut hingga tahun depan. Menjadi tantangan bagi sektor asuransi untuk mengelola permintaan asuransi kesehatan yang terus meningkat, baik asuransi umum maupun asuransi jiwa.

Abitani Taim, presiden Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA), percaya bahwa industri harus menggunakan teknologi untuk menjalankan berbagai efisiensi bisnis.

“Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan meninjau SOP perusahaan berdasarkan risiko dan meningkatkan penggunaan otomatisasi atau teknologi,” kata Abitani kepada Bisnis, Selasa (10/08/2024).

Sementara itu, Mercer Marsh Supply (MMB) memperkirakan inflasi medis akan meningkat menjadi 14,6% pada tahun 2024 dan mencapai 19% pada tahun 2025. Inflasi medis akan turun menjadi hanya 10-11% pada tahun 2026.

Melihat tahun 2025 yang masih menjadi tahun penuh tantangan, Abita menilai peningkatan kinerja bisnis di bidang asuransi saja belum cukup.

“Selain produktivitas, penggunaan big data untuk menyesuaikan tarif premi dengan menggunakan data industri harus terus dilakukan agar kita dapat memperkirakan tren inflasi medis dengan lebih akurat,” ujarnya.

Berdasarkan Catatan Bisnis, klaim kesehatan pada asuransi umum dan asuransi jiwa meningkat pada Juni 2024 hingga Juli 2024.

Sedangkan klaim kesehatan dari asuransi jiwa pada Juni 2024 mencapai Rp11,8 miliar dan Juni 2024 sebesar Rp12,45 miliar.

Sedangkan pendapatan asuransi kesehatan umum bulan Juni dan Juli 2024 masing-masing sebesar Rp4,75 triliun dan Rp5,83 triliun. Sedangkan asuransi jiwa nilainya masing-masing sebesar Rp 11 triliun dan Rp 190 miliar.

Baru-baru ini Badan Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan pendapatan premi asuransi kesehatan umum dan asuransi jiwa hingga Agustus 2024 masing-masing sebesar Rp6,6 triliun dan Rp19,3 triliun.

Meski tidak menyebutkan angkanya, Direktur Utama Perusahaan, Badan Pengawasan Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, terjadi peningkatan keluhan kesehatan yang signifikan. Untuk itu, pihaknya meminta industri bergerak lebih cepat untuk menerapkan efisiensi komersial dan mengurangi pertumbuhan permintaan.

Meski kenaikan premi cukup baik, namun permintaan di kedua sektor ini masih tinggi dan menyangkut efisiensi di berbagai bidang, mulai dari operasional hingga penyediaan layanan medis di rumah sakit dan klinik, kata Ogi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel