Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pertumbuhan nominal tabungan masyarakat di bawah Rp100 juta pada tahun ini (YoT/YtD) paling kecil dibandingkan kelompok tabungan lainnya. 

Berdasarkan data LPS periode Agustus 2024, nominal simpanan di bawah Rp100 juta mencapai Rp1.061,42 triliun atau 12,2% dari total simpanan Rp8.698,53 triliun. 

Pertumbuhan tabungan tersebut tercatat hanya 0,8% YtD. Sementara itu, secara tahunan, tingkat simpanan meningkat sebesar 5,3% (tahun/tahun), secara bulanan angka tersebut sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dan meningkat sebesar 0,3%. 

Sementara itu, simpanan nasabah kaya yang kerap didominasi korporasi di atas Rp 5 miliar masih merupakan simpanan dengan nilai nominal terbesar yakni Rp 4.630,51 triliun atau 53 sebesar 2 persen.

Dibandingkan DPK di bawah Rp100 juta, DPK di atas Rp5 miliar tumbuh sebesar 2,1 persen (YtD). Secara tahunan tumbuh sebesar 9,1% (YoY), sedangkan secara bulanan mengalami kontraksi sebesar 0,9% (MoM/MtM). 

Selain itu, simpanan nasabah pada kadar lainnya seperti simpanan nasabah dengan nominal Rp100 juta hingga Rp200 juta meningkat 2,4 persen dibandingkan tahun lalu. Secara tahunan, tumbuh sebesar 5,1% (tahun lalu). Sementara itu, tingkat simpanan dari Rp200 juta menjadi Rp500 juta meningkat sebesar 3 persen (YtD). Kemudian tumbuh sebesar 4,5% (YoY) secara tahunan.

Selain itu, simpanan antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar meningkat 2,9% (YtD). Pada saat yang sama, pertumbuhannya sebesar 5,7 persen year-on-year (YoY). 

Kemudian DPK antara Rp1 miliar hingga Rp2 miliar tumbuh 3,4% (YtD). Secara tahunan, tabungan ini tumbuh sebesar 3,8% (YoY). Terakhir, DPK antara Rp2 miliar hingga Rp5 miliar tumbuh sebesar 1,8% (YtD), dan meningkat sebesar 3,9% secara tahunan (YoY).

Indef Abdul Manap Pulungan, Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan, mengatakan menyikapi sedikit peningkatan tabungan di bawah Rp 100 juta, hal ini menandakan daya beli masyarakat semakin menurun. 

“Kita memang pantas di situ. Seharusnya kita tidak punya penghasilan Rp 100 juta, tabungan Rp 200 juta kan? Artinya masyarakat menengah ke bawah sangat stres dengan situasi saat ini. Kita lihat saja,” ucapnya. ungkapnya, Selasa (8/10/2024) seperti dikutip Bisnis.

Menurut dia, PHK di sejumlah perusahaan juga menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat.

“Misalnya banyak yang PHK, ada perusahaan jahit dan tekstil yang tutup. Kelas menengah bawah bekerja di sana untuk mencari penghasilan,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel