Bisnis.com, Jakarta – PLN Indonesia Power (PLN IP) telah berkontribusi untuk negara selama hampir 3 dekade sejak genap berusia 29 tahun pada 3 Oktober 2024.

PLN Indonesia Power kini telah mencapai tahap perusahaan yang berorientasi masa depan, terlihat dari manuver bisnis dan komitmen kuat terhadap pengembangan energi bersih di tanah air, kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasudjo. 

“Di usianya yang ke-29, PLN Indonesia Power kini telah berhasil bertransformasi dari perusahaan terbelakang menjadi perusahaan yang berwawasan ke depan, saya melihat tantangan satu per satu telah diatasi dan PLN Indonesia Power berhasil mentransformasikan kelebihannya menjadi yang terdepan. “Saya melihat tantangan silih berganti dihadapi dan PLN Indonesia Power berhasil mentransformasikan kekuatannya menjadi perusahaan terdepan,” kata Darmawan dalam keterangannya, Sabtu (2024/2024) “Power the future.”

Di sisi lain, CEO PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan perjalanan menuju usia 29 tahun tentu tidak mudah, dan IP PLN telah menjawab berbagai tantangan untuk memenuhi kebutuhan listrik negara.

PLN Indonesia Power menjawab tantangan Growth Moonshot dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan panas bumi global terbesar kedua di dunia dengan mengelola kapasitas panas bumi sebesar 1.107,5 MW, kata Edwin. 

Selain itu, IP PLN juga berhasil mengembangkan berbagai energi terbarukan dan energi hijau alternatif. Baru-baru ini, Edwin mengatakan pihaknya akan meluncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Gagede 110 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung (PLTS) Terapung 50 MW di Waduk Singkarak, dan Waduk Sagoling 60 MW yang bekerja sama dengan mitra tingkat pertama global.

“PLN IP juga sukses memperkenalkan green hydrogen station Kamojang yang dibangun sebagai pionir ekosistem hidrogen dari hulu hingga hilir. SPBU hidrogen atau SPBU hidrogen berlokasi di Senayan, Jakarta,” kata Edwin.

Itu saja, Edwin mengatakan pihaknya berhasil mewujudkan pembangunan pabrik solar PV pertama dan terbesar di Indonesia melalui kerja sama dengan Top Tier Solar PV Manufacture.

Di sisi lain, kehadiran PLTU Suralaya 9-10 yang menggunakan teknologi produksi katalitik yang sangat selektif semakin memperkuat komitmen perseroan dalam mengembangkan pembangkit listrik rendah karbon. 

“PLTU Suralaya 9-10 yang juga merupakan pembangkit hybrid pertama di Indonesia juga menggunakan green amonia dan green hydrogen sebagai energi primernya,” kata Edwin.

Sebagai bagian dari percepatan transisi energi, PLN Indonesia Power telah melaksanakan proyek Hijaunesia sejak tahun 2023, kata Edwin. 

Mengawali pengembangan proyek EBT di 13 lokasi di Indonesia melalui pembangunan 12 pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan satu pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW yang dilaksanakan secara massal untuk mempercepat prosesnya.

Untuk mendukung upaya transisi menuju energi berkelanjutan, PLN Indonesia Power selalu berkomitmen melaksanakan program penurunan emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi, untuk mencapai masa depan energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, lanjut Edwin.

“Hal ini ditunjukkan dengan diterbitkannya perdana sertifikat penurunan emisi PLTM Gunung Wugul yang diperdagangkan di Indonesia Carbon Exchange (IDX Carbon),” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel