Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di Rp 15.485 pada Jumat (4/10/2024). Pada saat yang sama, sebagian besar mata uang Asia dan dolar AS juga melemah. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 56,50 poin atau 0,37% menjadi Rp 15.485 per dolar AS pada saat pasar tutup. Sedangkan indeks dolar AS melemah 0,11% menjadi 101,87. 

Sementara itu, sebagian besar mata uang lain di Asia juga melemah. Won Korea ditutup melemah 0,03% dan yuan Tiongkok melemah 0,11%. Ringgit Malaysia juga berada di zona merah, melemah 0,12%, sedangkan yen Jepang masih menguat 0,41%. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Asuaibi mengatakan fokus investor saat ini tertuju pada laporan utama non-farm payrolls AS yang akan segera dirilis. Hal ini memberikan petunjuk tambahan tentang suku bunga Fed di masa depan. 

“Serangkaian data yang dirilis pada minggu ini menunjukkan perekonomian AS masih dalam kondisi solid, setelah aktivitas sektor jasa negara tersebut naik ke level tertinggi pada bulan September,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/4/2024). 

Menurut Ibrahim, situasi ini membuat para pelaku pasar mengurangi pertaruhan mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin lagi pada bulan depan. 

Dari dalam negeri, pasar terus mengalami deflasi selama 5 bulan berturut-turut pada Mei hingga September 2024. Situasi ini menunjukkan masyarakat kelas menengah sudah tidak mampu lagi membeli. 

Oleh karena itu, tuntutan bank sentral Indonesia agar masyarakat membelanjakan lebih banyak untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di atas 5% tidak mungkin tercapai. Penyebabnya hampir semua sektor industri melakukan PHK yang akan berdampak pada penurunan daya beli, kata Ibrahim. 

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Yang pertama adalah pemecatan. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 53.993 pekerja terkena PHK sejak 1 Oktober 2024, dengan mayoritas berasal dari sektor manufaktur. 

Tiga provinsi dengan jumlah PHK terbanyak adalah Jawa Tengah, Banten, dan Jakarta. Pada akhir tahun ini, diperkirakan jumlah PHK akan melonjak hingga lebih dari 75.000 orang. 

Kedua, minimnya kesempatan kerja di sektor padat karya. Dalam lima tahun terakhir, hampir tidak ada lapangan kerja baru di sektor padat karya. Padahal, sektor ini turut menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. 

Ketiga, suku bunga tinggi. Meski Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan menjadi 6% pada September 2024, namun uang yang beredar di masyarakat semakin mahal dan belum terbukti mampu meredam peningkatan deflasi yang besar di masa depan. 

“Ini karena PHK massal dan tidak adanya lapangan kerja baru belum terselesaikan sepenuhnya. Akibatnya daya beli masyarakat tidak membaik, kata Ibrahim.

Pada perdagangan pekan depan, Senin (7/10/2024), ia memperkirakan rupiah akan berfluktuasi namun ditutup melemah pada kisaran Rp15.470 – Rp15.580 per dolar AS.

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel