Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mencatat peningkatan jumlah penumpang menjadi 11,53 juta penumpang selama I/2024. 

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, jumlah penumpang GIAA meningkat signifikan sebesar 27,40% menjadi 11,53 juta dibandingkan periode I/2023 yang tercatat sebanyak 9,05 juta penumpang.

Informasinya, pesawat Garuda Indonesia menjangkau 5,27 juta penumpang dengan peningkatan 45,17%, dan pesawat Citilink menjangkau 6,27 juta penumpang dengan peningkatan 15,49%. 

“Pada pertengahan tahun 2024, Garuda Indonesia secara bertahap akan berhasil menerapkan serangkaian langkah strategis untuk mengoptimalkan kinerja baik dari sisi layanan maupun operasional, termasuk meluncurkan sejumlah inisiatif yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan,” kata Irfan dalam siaran pers. . katanya. Dikutip Kamis (3/10/2024). 

Irfan mengatakan merek utama Garuda Indonesia berhasil menuntaskan penyelenggaraan haji 2024 dengan mencatatkan peningkatan jumlah penumpang dibandingkan trafik tahun sebelumnya sehingga turut menyumbang rekor positif pendapatan penerbangan.

Irfan juga mengklaim upaya penerapan langkah optimalisasi sebagai bagian dari proses transformasi berkelanjutan yang dilakukan GIAA secara cermat juga dilakukan untuk meningkatkan sinergi kemitraan bisnis antara Garuda Indonesia dan Singapore Airlines. 

Kemitraan ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih lanjut kepada pengguna jasa kedua maskapai pada rute dari dan ke Indonesia serta Singapura. Kemitraan ini juga membantu memperkuat ekosistem maskapai penerbangan di kawasan, sehingga diharapkan dapat memperkuat posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai global dengan jangkauan jaringan yang semakin kompetitif baik di pangsa pasar domestik maupun internasional.

Dalam hal kinerja keuangannya sendiri, GIAA melaporkan bahwa pendapatan operasional naik 15,72% menjadi $1,27 miliar pada paruh pertama tahun 2024. 

Lebih spesifiknya, pendapatan tidak direncanakan tercatat sebesar US$142,46 juta pada periode yang sama, meningkat sebesar US$177,97 juta atau 24,93% dari tahun 2023, dan pendapatan lain-lain tercatat sebesar US$167,6 juta, meningkat 33,01% dari sebelumnya sebesar US$126 juta naik terhadap dolar. . 

Sementara itu, beban usaha GIAA juga meningkat menjadi US$1,53 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,24 miliar. 

Biaya tersebut masih didominasi oleh biaya operasional penerbangan, termasuk biaya bahan bakar jet, yang meningkat menjadi S$838,12 juta dari sebelumnya S$729,94 juta, serta peningkatan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tercatat sebesar S$257,57 juta pada paruh pertama tahun 2024. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel