Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis penerapan shortselling akan meningkatkan likuiditas perdagangan dari 5% menjadi 17%.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrick mengatakan berdasarkan pengalaman di bursa global, shortselling meningkatkan likuiditas perdagangan sebesar 5-17% yang bervariasi di setiap bursa.

“Tentunya ketika bursa kita mengalami peningkatan likuiditas yang begitu besar, maka peningkatan pendapatan tentu akan seiring dengan peningkatan permintaan transaksi,” kata Jeffrey, Kamis (3/10/2024).

Namun, Jeffrey mengatakan saat ini short sell masih belum bisa dilakukan karena belum ada Anggota Bursa (AB) yang mendaftar menjadi AB Short Selling. Ia mengatakan, ada 23 AB yang berminat menjadi penyelenggara short sales.

Lebih lanjut, Firza Rizki Putra, Kepala Pengembangan Bisnis 1 BEI menjelaskan, short sale merupakan transaksi penjualan surat berharga. Surat berharga yang dijual dalam transaksi ini bukan milik penjual pada saat transaksi.

Menurut Firza, short sales bisa dimanfaatkan saat pasar sedang anjlok atau ambruk. Hal ini dikarenakan investor dapat menjual surat berharga dengan harga tinggi dan membeli surat berharga dengan harga lebih rendah.

Lanjutnya, POJK 6/2024. POJK Nomor 6 Tahun 2024 tentang Pembiayaan Transaksi Efek yang dilakukan oleh Perusahaan Efek untuk nasabah dan transaksi jangka pendek Perusahaan Efek memuat sejumlah mekanisme yang diperbarui.

Menurut Firza, perubahan yang paling signifikan adalah jaminannya sebesar 50 juta rupiah dari sebelumnya 200 juta, kemudian penjualan dilakukan pada harga terakhir.

BEI juga telah memperkenalkan Intraday Short Selling Service (IDSS) sebagai bagian dari short trading yang dapat dilakukan investor. Dikatakannya, ke depan BEI akan mengajak AB untuk mengembangkan bisnis pinjam meminjam efek, bekerja sama dengan KPEI untuk mendorong short trading.

Sementara itu, Firza menjelaskan investor dapat melakukan short trade dengan beberapa langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah membuka akun penjualan pendek dengan AB Shorting. Kemudian jumlah pembiayaan awal yang disiapkan minimal sebesar Rp 50 juta.

Investor kemudian menganalisis pergerakan harga saham, menjual pada tick atau harga terakhir, dan membeli saham untuk IDSS di penghujung hari.

Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel