Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya ketegangan dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah akibat perang rudal antara Iran dan Israel menyebabkan kenaikan harga minyak di pasar dunia. Dampak tersebut menjadi katalis pertumbuhan harga saham pemasok migas di bursa. 

Berdasarkan Bloomberg, Rabu (10/2/2024), harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Desember 2024 naik 0,34% menjadi US$ 73,9 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,77% menjadi US$ 70,87 per barel.

Bloomberg mengabarkan harga minyak WTI naik hampir 3% dalam dua hari perdagangan terakhir. 

Mengutip Citigroup Inc., serangan Israel ke Iran berisiko mengganggu pasokan minyak global hingga 1,5 juta barel per hari. Analis Citigroup Francesco Martocchia memperkirakan jika Israel menyerang infrastruktur yang tidak penting seperti pabrik atau fasilitas penyimpanan, produksi minyak bisa berkurang 300.000 hingga 450.000 barel per hari.

Di pasar saham Indonesia, saham beberapa emiten migas ditutup menguat pada Rabu (10 Februari 2024). Kenaikan terjadi seiring IHSG terus melaju. 

Sejarah PT Medco Energi Internasional Tbk dan grafik tersedia di situs web kami. (MEDC) menyebabkan kenaikan minyak dan gas. Saham MEDC menguat 8,95% ditutup pada Rp 1.400. Selama setahun terakhir, saham MEDC sudah menguat 21,21%. 

Sejarah PT Rukun Raharja Tbk mendukung MEDC. (RAJA) naik 8,87% ke Rp 1.350, PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX) naik 7,28% ke Rp 162, sedangkan saham PT Energi Mega Persada Tbk menguat 7,28%. (ENRG) menguat 7,28% ke Rp 238 per saham. 

Saat ini, porsi pihak yang mendukung produksi migas, seperti PT Elnusa Tbk. (ELSA) juga naik 6,99% ke Rp 505 per saham. Stoknya juga menunjukkan peningkatan 30,15% year to date.  

Capital Economics mengatakan dalam sebuah catatan bahwa eskalasi besar-besaran yang dilakukan Iran dapat menyeret Amerika Serikat ke dalam perang.

“Iran menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak global, tetapi satu isu penting adalah apakah Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika mengganggu urusan Iran,” jelas Capital Economics dalam laporan dari Reuters, Rabu (10 Februari 2024). .

Sementara itu, sekelompok menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan mitranya, atau OPEC+, akan bertemu hari ini untuk meninjau pasar, tanpa ada perubahan apa pun. Mulai bulan Desember, OPEC+, termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bph) per bulan.

“Intervensi langsung yang dilakukan oleh anggota OPEC, Iran, meningkatkan kemungkinan pembekuan minyak,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan, merujuk pada perselisihan tersebut.

Produksi minyak Iran naik ke level tertinggi dalam enam tahun pada bulan Agustus sebesar 3,7 juta barel per hari. Analis ANZ Group Holdings menambahkan, kenaikan harga minyak akan ditentukan oleh respon Israel terhadap Iran, baik berupa serangan langsung militer Iran, serangan terhadap infrastruktur, maupun serangan terhadap minyak dan gas.

Strategi penyedia minyak dan gas untuk meningkatkan efisiensi

Sebelumnya, CEO MEDC Hilmi Panigoro mengatakan kinerja keuangan MEDC tumbuh signifikan pada semester pertama tahun ini. Faktanya, imbal hasil pemegang saham meningkat sejak tahun 2022, ujarnya.

“Hal ini memperkuat keyakinan MedcoEnergi terhadap masa depan bisnis dan komitmennya untuk terus memberikan nilai kepada pemegang saham,” kata Hilmi dalam siaran pers dikutip Rabu (9 Nov 2024).

Pada tahun 2022 dan 2023, MEDC akan membagikan dividen interim dengan nilai masing-masing US$ 25 juta.

Hilmi mengatakan perusahaan tersebut mengungguli rekan-rekannya di industri minyak dan gas dan mengindeks kekuatannya dalam hal laba atas ekuitas untuk tahun fiskal 2022 dan 2023.

“Sebuah demonstrasi yang jelas dari disiplin dan nilai keuangan yang kuat,” katanya.

Dalam ulasan saham MEDC, Analis Kanaka Hita Solvera Andika Chipta Labora mengatakan kinerja MEDC akan tumbuh signifikan pada semester I 2024. 

“Laba semester I tercatat meningkat 68,24% year-on-year. MEDC juga merupakan dana yang sukses, sehingga dengan fundamental yang kuat, dividen jangka pendek baik bagi investor,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Sedangkan pemasok Pertamina Group, PT Elnusa Tbk. (ELSA) telah menandatangani perjanjian proyek eksplorasi minyak dan gas jangka panjang untuk memperkuat pertumbuhan pendapatan di masa depan. 

CEO Elnusa Bakhtiar Soeria Atmadja menjelaskan, dua kontrak tersebut meliputi pengeboran migas di Sumatera Tenggara (OSES) dengan operator PT Pertamina Hulu Energi OSES dan survei seismik blok migas oleh badan PT Medco Energi Internasional Tbk. . . (MEDS).

“Untuk proyek irigasi di OSES, kami telah mendapat kontrak bersama dengan Pertamina Drilling Services di wilayah proyek PHE OSES selama 3 hingga 5 periode,” kata Bakhtiar kepada Bisnis, Selasa (27 Agustus 2024). 

Lebih lanjut, Bakhtiar menambahkan, pekerjaan seismik di blok migas yang dikuasai MEDC memiliki kontrak selama 5 tahun ke depan. 

Ia menegaskan, beberapa kontrak jangka panjang akan mendukung upaya perseroan meningkatkan pendapatan dan laba pada periode mendatang. ELSA menargetkan laba bersih perseroan mencapai Rp 1 triliun pada tahun depan.

“Dari sisi seismik, kami punya kontrak dengan Medco untuk 5 tahun ke depan,” ujarnya.

Lebih lanjut, CEO RAJA Jauhar Maulidi mengatakan pada akhir tahun 2024, RAJA akan meningkatkan ekspansi di sektor migas. Salah satu arah utamanya adalah pengembangan infrastruktur migas, termasuk pabrik pengolahan, terminal, penyimpanan, dan distribusi.

Langkah ini diharapkan akan memperkuat sistem pasokan energi negara dan mendukung upaya pemerintah untuk mencapai ketahanan energi.

“Perusahaan berkomitmen untuk terus mengembangkan operasional sejalan dengan visi jangka panjang untuk memberikan nilai lebih bagi seluruh pemangku kepentingan,” kata Jauhar.

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA.