Bisnis.com, Jakarta – Indeks manufaktur Jepang masih kekurangan pasokan hingga September 2024, seiring turunnya produksi dan pesanan baru akibat pelemahan ekonomi dan lemahnya pasar luar negeri.

Dalam laporan Reuters, Selasa (1/10/2024), data Au Jibun Bank menunjukkan indeks pembelian konsumen (PMI) Jepang turun menjadi 49,7 pada September dari 49,8 pada Agustus 2024.

Indeks manufaktur Jepang masih berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Usamah Bhatti dari S&P Global Market Intelligence mengatakan survei tersebut menunjukkan tren yang tidak jelas di sektor manufaktur.

Sub-indeks output sedikit menurun pada bulan September karena kurangnya bisnis baru.

Undang-undang baru tersebut jatuh pada bulan ini setelah berada di zona kontrak sejak Juni 2023.

Lemahnya penjualan di Amerika Serikat dan Chiba menyebabkan pesanan ekspor baru terus turun sejak Maret 2022.

Pada saat yang sama, jumlah pekerja industri meningkat selama tujuh bulan berturut-turut pada bulan September. Namun, rekor kenaikan bulan lalu merupakan yang paling lambat pada periode yang sama.

Meskipun inflasi mencapai titik terendah dalam lima bulan terakhir, kenaikan biaya bahan baku, tenaga kerja dan pasokan masih menjadi beban bagi produsen.

Perusahaan membebankan sebagian dari biaya yang lebih tinggi ini kepada pelanggan melalui biaya produksi yang lebih tinggi, meskipun pertumbuhan telah melambat sejak Juni 2021.

Pada saat yang sama, meskipun tingkat kepercayaan berada pada titik terendah sejak Desember 2022, prospek industri dan ekspektasi produksi masih optimis, mencerminkan permintaan produk baru dan ekspektasi produksi akan berjalan baik. ;

Selain itu, perseroan juga berharap industri semikonduktor dan otomotif akan pulih.

Data pada hari Senin menunjukkan bahwa produksi industri Jepang turun tajam pada bulan Agustus karena topan mengganggu produksi mobil dan merusak penjualan di AS.

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA