Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Pertamina Power Indonesia dan perusahaan Perancis Genvia untuk mempercepat pengembangan hidrogen hijau komersial di kawasan Ulubelu. 

Kerja sama ini akan fokus pada penelitian elektrolisis berbasis Solid Oxide Electrolyzer (SOEL) yang mampu mengurangi konsumsi listrik pada proses produksi hidrogen hingga 30%.

MoU tersebut ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE John Anis, CEO PGEO Julfi Hadi, dan Presiden Genvia Florence Lambert pada acara Indonesia-France Business Forum yang digelar di Paris, Prancis, pekan lalu (26/9/) 2024. 

Julfi dalam siaran persnya, Selasa (1/10/2024): “Kemitraan ini merupakan langkah signifikan untuk memperkuat kerja sama dalam negeri guna meningkatkan pengembangan dan penerimaan energi hijau secara umum.” 

Julfi mengatakan, nilai strategis pengembangan hidrogen hijau tidak hanya meningkatkan sumber pendapatan baru, tetapi juga meningkatkan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia. 

“Sebagai inisiatif untuk memanfaatkan potensi besar energi panas bumi Indonesia dengan cara yang tidak biasa,” kata Julfi.

Genvia merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh beberapa perusahaan dan asosiasi terkemuka, yaitu CEA (French Alternative Energy and Atomic Commission), Schlumberger, Vinci Construction, Vicat, dan pemerintah wilayah Occitanie Perancis, untuk mempercepat pembangunan bersih. teknologi hidrogen.

Sebelumnya, PGEO mengembangkan beberapa proyek percontohan hidrogen ramah lingkungan dengan beberapa mitra strategis dari banyak negara.  

PGEO bekerja sama dengan Keppel dan Chevron untuk memasuki pasar Singapura. Proyek percontohan dilakukan di Blok Panas Bumi Ulubelu, Way Ratai dan Gunung Tiga di Lampung.  

Sedangkan masuknya ke pasar Jepang dilakukan bersama oleh Tokyo Electric Power Company, Incorporated (TEPCO HD). Di sisi lain, pembangkit listrik tenaga panas bumi yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen hijau sedang dikembangkan di Blok Tompaso dan Lahendong di Sulawesi Utara.  

Sementara itu, Blok Seulawah di Aceh saat ini sedang menjajaki kerja sama dengan mitra masa depan di Eropa dan Timur Tengah.  

“Di Sumut, kami sedang berbicara dengan banyak perusahaan potensial di Timur Tengah dan Eropa. Saat ini kami sedang menjalankan pilot project dan juga mengecek pasar agar langkah tersebut bisa dilakukan dengan cepat.”

Rencananya pilot project ini akan berlangsung minimal 3 tahun, sebelum memasuki tahap komersial.  

Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menyiapkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Komersial Penyediaan Tenaga Listrik untuk mendorong pembelian listrik dari pembangkit hidrogen. .  

Kajian PP rencananya akan memuat sejumlah pasal terkait pembelian energi baru. Sementara hidrogen kini masuk dalam Undang-undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) sebagai bentuk energi baru.   

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya dalam webinar DEtalk mengatakan, “Hidrogen juga masuk dalam UU EBET sebagai bagian dari energi baru, ketentuan tambahan yang akan diverifikasi oleh PP .” .” , Selasa (2/4/2024).  

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel