Bisnis.com Jakarta – Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan diyakini mampu memberikan sentimen positif bagi produsen mobil. Namun yang berminat produsen mobil tersebut adalah PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) masih dalam tekanan.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham ASII turun 0,98% pada perdagangan hari ini, Senin (30/9/2024) hingga ditutup pada Rp 5.050 per saham. Saham ASII turun 3,35% pada pekan perdagangan dan 0,98% pada bulan perdagangan.

Saham ASII masih berada di zona merah atau melemah 10,62% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Kemudian PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) membukukan penurunan harga saham sebesar 0,76% menjadi Rp 1.305 pada penutupan perdagangan hari ini. Saham IMAS masih berada di zona merah, melemah 6,45% ytd.

Sementara itu, penurunan kinerja ASII dan IMAS terjadi di tengah penurunan suku bunga acuan. Seperti diketahui, pada bulan ini Bank Indonesia (BI) mulai menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Ini merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022.

Federal Reserve AS telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%-5,0%.

Vicky Rosalinda, Analis Kiwoom Sekuritas, mengatakan penurunan suku bunga acuan sebenarnya bisa mendongkrak penjualan diler mobil. Namun stok mobil masih turun akibat tren penjualan mobil yang melemah sepanjang tahun.

“Untuk perkiraan pendapatan dan laba produsen mobil pada kuartal III 2024, kami perkirakan juga masih berpotensi menurun,” kata Vicky kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).

Berdasarkan laporan keuangannya, ASII justru mencatatkan penurunan laba bersih secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 9,12% menjadi Rp 15,85 triliun pada I/2024. Penurunan laba bersih ASII seiring dengan pendapatan perusahaan yang turun 1,49% yoy menjadi Rp 159,96 triliun.

Tak hanya ASII, IMAS mencatatkan laba rugi 87,97% yoy menjadi Rp 39,46 miliar hingga Juni 2024.

Sementara ASII dan IMAS juga menghadapi persaingan pasar dengan pemain lain. “Produsen harus beradaptasi dengan tren global, seperti mobil listrik yang dijual pesaing asing dengan harga lebih murah. Selain itu, ada persaingan global, seperti di China, sehingga persaingan “pengemudi” sangat ketat.

Terdapat juga tantangan bahwa perubahan peraturan pemerintah mengenai standar emisi dan keselamatan kendaraan dapat meningkatkan biaya produksi.

Ia menyarankan IMAS untuk wait and see dan ASII membeli kelemahan tersebut dengan support di Rp 4.880-Rp 4.800. Kemudian target nilai ASII di kisaran Rp 5.200-Rp 5.280.

________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul atas keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel