Bisnis.com, Jakarta — Pengamat telekomunikasi merekomendasikan pemerintah memperluas saluran notifikasi peringatan bencana. Peringatan bencana yang awalnya hanya diumumkan melalui TV digital, diharapkan dapat disebarluaskan lebih luas.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan informasi peringatan dini bencana harus disebarkan dari banyak saluran, tidak terbatas pada televisi digital. 

Pembatasan saluran dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran informasi yang hanya diterima segelintir orang. 

“Semakin banyak saluran maka semakin banyak masyarakat yang bisa dijangkau, namun informasinya perlu disatukan,” kata Heru kepada Bisnis, Senin (30/9/2024). 

Ia juga mengatakan meski mendapat subsidi dari pemerintah Jepang, menurut Heru, kebiasaan menonton TV masyarakat Indonesia berbeda dengan Jepang.

Sebab, kata dia, masyarakat di Indonesia sudah mengurangi menonton televisi dan beralih menggunakan Internet.

“Jadi EWS tidak hanya dari TV tunda tapi juga dari media lain,” ujarnya. 

Saluran lain yang termasuk dalam Heru adalah aplikasi bencana. Namun perlu diperhatikan bahwa setiap orang harus mengunduh aplikasi tersebut. Selain itu, Heru menilai media sosial dan sirene bahaya juga harus menjadi media informasi bencana. 

Namun, lanjut Heru, penekanan harus diberikan pada bagaimana informasi disampaikan ke daerah bencana atau daerah terdampak. Sebab, biasanya ketika terjadi bencana, BTS telekomunikasi mendeteksi mati listrik dan mati. Ibarat jaringan internet yang tidak bisa diakses

“Mobile BTS memerlukan pergerakan yang cepat dan informasi manual berupa sirene darurat sangat-sangat diperlukan,” ujarnya.

Merujuk laporan Global Digital Reports menunjukkan masyarakat Indonesia menghabiskan 2 jam 37 menit per hari untuk menonton televisi melalui Internet pada kuartal keempat tahun 2023.

“Pengguna internet berusia 16-64 tahun menghabiskan rata-rata 2 jam 37 menit untuk menonton semua jenis konten TV,” dikutip laporan Global Digital Reports.

Secara global, laporan tersebut menunjukkan rata-rata pengguna internet menghabiskan 3 jam 8 menit untuk menonton TV pada kuartal keempat tahun 2023. Secara year-on-year (year-on-year), jumlah ini meningkat sebesar 0,6%, yaitu 3 jam 6 menit, dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.

Masih mengacu pada data yang sama, pengguna internet global meningkat menjadi 5,44 miliar, dengan 178 juta pengguna baru dalam setahun terakhir, sehingga menjadikan tingkat penetrasi internet global mencapai 67,1%.

Sementara itu, jumlah pengguna internet terus bertambah, dengan angka terbaru menunjukkan peningkatan sebesar 3,4% year-on-year.

Sementara itu, Nailul Huda, Ekonom Ekonomi Digital dan Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (SELIOS) menilai Indonesia terlambat mendapatkan sistem peringatan bencana atau early warning system (EWS).  

Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika baru-baru ini meluncurkan sistem peringatan dini melalui televisi digital dan Sistem Informasi Pencegahan Bencana (DPIS) untuk membantu menyebarkan informasi dini mengenai kejadian bencana. Sedangkan sistem peringatan dini ini merupakan hibah dari pemerintah Jepang.

“Saya sebenarnya menyayangkan kenapa EWS tidak tayang di TV lebih awal, yang sebenarnya penting untuk peringatan bencana,” kata Hooda.  

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel