Bisnis.com, Jakarta – Saham emiten lapis kedua atau anggota indeks Small Medium Liquid (SMC) sedang terpuruk. Sedangkan saham-saham yang menopang indeks antara lain PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (Kamera).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), BEI SMC Liquid yang beranggotakan 51 emiten mencatatkan penguatan 0,23% pada perdagangan hari ini, Jumat (27/9/2024), ke level 338,9.

SMC Liquid Index juga mencatatkan penguatan sebesar 1,81% pada minggu perdagangan dan naik 4,32% pada bulan perdagangan. Indeks tersebut juga berada di zona hijau, naik 2% secara year-to-date (YTD), setelah pada bulan lalu atau Agustus 2024 masih berada di zona merah.

Merujuk data Bloomberg, beberapa emiten yang tergabung dalam SMC Liquid Index tercatat mendukung indeks tersebut sepanjang tahun ini. Misalnya PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), meski harga sahamnya turun 0,68% ke Rp 1.470 pada perdagangan hari ini, namun masih berada di zona hijau, naik 30,09% year to date.

Berikutnya, salah satu komponen SMC Liquid Index, PTBA, mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 0,96% pada perdagangan hari ini ke level Rp 3.140 per saham. Harga saham PTBA pun meningkat 28,69% sejak awal tahun.

Berikutnya, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) mencatatkan kenaikan harga saham secara year to date sebesar 63,21%, dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) naik 43,39% year to date, dan PT Mitra Keluarga Karya Tbk (MIKA) naik 12,28%.

Sementara itu, saham-saham di SMC Liquid Index yang paling tertinggal sepanjang tahun antara lain PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang masih berada di zona merah, turun 39,84% year to date.

Kemudian, PT Bukalap.com Tbk. (BUKA) turun 43,52%, dan PT Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) turun 27,13%, dan saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) turun 30,17%, dan saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) saham turun 20,66%.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftah Khair mengatakan, dari segi tren, selama tiga bulan terakhir, SMC Liquid Index terlihat sangat maju. Ada beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan kinerja indeks.

“Kami memperkirakan kenaikan indeks ini antara lain disebabkan oleh sentimen suku bunga dan penguatan rupee, karena banyak saham juga yang terkena dampak positif dari sentimen tersebut,” kata Moftah beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) pada bulan ini mulai menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Ini merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022.

Bank sentral AS, Federal Reserve, juga memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%-5,0%.

Selain suku bunga yang lebih rendah, kinerja SMC Liquid Index juga didorong oleh fundamental saham yang sangat mengesankan.

Menurut dia, didukung oleh tren penurunan suku bunga dan penguatan rupee ke depan, serta fundamental yang menjanjikan, SMC Liquid Index pada akhir tahun diperkirakan masih akan berkinerja baik.

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel