Bisnis.com, Jakarta – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memperkirakan pertumbuhan industri furnitur akan tertopang oleh penurunan suku bunga acuan atau BI rate ke level 6% di sisa tahun 2024. 

Direktur Jenderal Hamki Abdul Saboor mengatakan setidaknya kebijakan ini dapat menjadi stimulus industri dalam hal pembiayaan, persaingan yang tinggi, dan peningkatan likuiditas. 

“Pemotongan suku bunga acuan menjadi 6% pada bulan Agustus memberikan beberapa implikasi penting bagi industri furnitur dan kerajinan, khususnya bagi eksportir yang tergabung dalam HIMKI,” kata Sober kepada Bisnis, Jumat (27/9/2024). 

Dia menjelaskan, rendahnya suku bunga acuan membuat pelaku industri furnitur dan kerajinan bisa mendapatkan pinjaman murah untuk modal kerja atau ekspansi. 

Artinya dapat mendorong peningkatan produksi dan investasi, khususnya peningkatan kapasitas dan penerapan teknologi baru pada sektor manufaktur furnitur dan kerajinan.

“Penurunan suku bunga karena biaya operasional yang lebih rendah dapat membuat produk furnitur lebih kompetitif di pasar ekspor,” ujarnya. 

Pada saat yang sama, dengan harga produk yang kompetitif, eksportir dapat meningkatkan daya tawarnya di pasar internasional.

Tidak hanya itu, penurunan suku bunga juga membantu meningkatkan likuiditas perusahaan dengan meningkatkan arus kas, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan pengelolaan keuangan dan mengatasi tantangan keuangan jangka pendek.

Namun dampak penurunan suku bunga juga harus dilihat dari sisi permintaan internasional, dimana industri furnitur dan kerajinan nasional bergantung pada pasar ekspor, jelasnya. 

Meski pembiayaan menjadi lebih murah, namun jika permintaan di pasar global rendah maka terdapat tantangan untuk ekspor, yaitu pasar baru seperti Timur Tengah hingga Indo-Pasifik, jelas Sobo. Cina 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel