Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00% di Dewan Gubernur Group (RDG) bulan ini. Lantas, seperti apa kekayaan bersih (NIM) perbankan setelah penurunan BI rate?
Berdasarkan Data Perbankan Indonesia yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM perbankan pada Juli berada di level 4,59%. Keberhasilan ini sedikit meningkat dari Juni 2024 menjadi 4,57%.
Namun angka tersebut lebih rendah dibandingkan Juli 2023 di level 4,84% dan keadaan Desember 2023 di level 4,81%.
Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan menjelaskan meski suku bunga mengalami penurunan, namun masih terdapat permasalahan terkait cost of fund (CoF) yang tinggi. Artinya, NIM tidak bisa serta merta naik seiring dengan penurunan skor BI. “Dengan LDR sebesar 87%, maka NIM tidak bisa dinaikkan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (26/9/2024).
Sebagai referensi, NIM CIMB Niaga mengalami penyesuaian hampir 2 tahun lalu. Pada Juni 2024, NIM perseroan tercatat sebesar 4,21%, turun 40 bps dibandingkan tahun lalu sebesar 4,61% pada Juni 2023.
Saat ini, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memperkirakan rasio bunga bersih akan berada di kisaran 5,5%-5,6% hingga akhir tahun.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan hingga kuartal I 2024, NIM BCA telah mencapai 5,7% seiring dengan pertumbuhan jumlah pinjaman, pergerakan suku bunga, dan cost of money. Itu sebabnya target tersebut turun tipis dibandingkan capaian enam bulan pertama tahun 2024.
“Portofolio real estat BCA telah berkembang menjadi portofolio pinjaman yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan aset real estat lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Hera mengatakan NIM BCA ditopang oleh peningkatan volume kredit dan pergerakan suku bunga pasar. NIM bergerak seiring dengan permintaan kredit di pasar, serta pergerakan suku bunga dan kondisi likuiditas.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika dikaitkan dengan profitabilitas bank, NIM hanya merupakan salah satu komponen selain nirlaba, biaya operasional, dan biaya pembayaran utang. “Profitabilitas seluruh grup perbankan harus diakui,” katanya.
Chief Financial Officer BNI Novita Widya Anggraini mengatakan dari sisi margin, kinerja atau suku bunga mengalami perbaikan seiring dengan pertumbuhan kredit yang baik.
“Bagaimanapun, komponen NIM adalah pendapatan bunga dan bunga.
Namun mulai Juli 2024, harga dana BNI mulai terjaga karena membaiknya kondisi likuiditas dan porsi dana pihak ketiga (DPK) yang melebihi analisis metode trade finance.
“Diikuti dengan perbaikan NIM? Iya, NIM semester II/2024 lebih baik dibandingkan semester I/2024, tapi ini karena dua faktor yaitu pertumbuhan positif dan CoF yang terjaga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Riset LPPI Trioksa Siahaan mengatakan, saat ini kesulitan menjaga NIM bagi perbankan cukup tinggi. Dia mengatakan, situasi tersebut terlihat saat ini dengan beberapa bank yang menetapkan target NIM.
“[Tetapi] di akhir tahun diperkirakan NIM akan sedikit membaik hingga kondisi geopolitik global bisa terkendali,” ujarnya.
Simak berita dan artikel di Google News dan WA Channel