Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance telah mengumumkan rencana penggalangan dana melalui penerbitan obligasi dalam waktu dekat. 

Kabar ini diumumkan oleh Chief Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani M yang mengatakan perseroan akan menerbitkan obligasi senilai Rp 2 triliun. 

“Pada akhir September, ADMF akan menerbitkan pinjaman Tahap IV senilai Rp2 triliun yang merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan VI dengan target Rp9 triliun,” kata Gani kepada Bisnis, Kamis (26/9/2024).

Gani mengatakan, kontraknya akan ada tiga judul, yakni satu tahun, tiga tahun, dan lima tahun. Dia meyakinkan, kontrak tersebut sejalan dengan rencana bisnis perseroan pada tahun ini.

Menerbitkan obligasi bisa bermanfaat bagi banyak lembaga keuangan ketika terjadi penurunan suku bunga atau BI Bank Indonesia (BI). Selain itu, obligasi dapat menghasilkan return yang lebih besar sehingga banyak investor yang tertarik dengan instrumen ini.

Menanggapi hal tersebut, Gani menilai dengan turunnya BI rate, hal ini baik bagi lembaga keuangan untuk memperbaiki struktur keuangannya. 

“Harga uang yang digunakan untuk membeli itu mahal, ada peluang untuk memperbaruinya dengan tingkat bunga yang lebih baik, meski lambat laun prosesnya memburuk,” ujarnya.

Adira Finance mencatatkan kredit pengelolaan keuangan sebesar Rp 58,4 triliun hingga semester I/2024. Angka tersebut meningkat sebesar 15% setiap tahunnya (year-on-year/year-on-year). Sedangkan total pinjaman korporasi hingga Juni 2024 meningkat 4,4% menjadi Rp 21,5 triliun.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyatakan penerbitan obligasi korporasi hingga akhir tahun masih rendah meski BI rate turun. Ekonom Pefindo Suhindarto berpendapat bahwa dampak pemotongan tidak akan signifikan pada awal periode pelonggaran karena adanya pemotongan awal. 

“Dengan menerbitkan obligasi, sebagian besar perusahaan tidak akan langsung melepas utangnya karena tingkat bunganya lebih murah. Ada alasan lain untuk menambah modal kerja atau uang investasi yang diperlukan bagi perusahaan yang ingin mencari uang di pasar modal,” ujarnya. Suhindarto 

Melihat situasi saat ini, Suhindarto menilai perusahaan kerap menerbitkan obligasi karena perlu memperbarui atau mengganti pinjaman mahal dengan pinjaman lebih murah.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel