Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan ada pihak yang bermain-main dengan menghalangi pelaksanaan proyek gasifikasi batubara dimetil eter (DME).
Bahlil menyayangkan hal tersebut karena DME dianggap sebagai alternatif pengganti liquefied petroleum gas (LPG), sekaligus mengurangi impor LPG Indonesia yang saat ini mencapai 6 juta ton per tahun.
“Dulu Presiden [Jokowi] sudah mengambil langkah tegas dengan membangun DME untuk mengolah batu bara rendah kalori menjadi LPG, tapi saya tahu ada yang menerima saya saat saya menjabat Menteri Investasi,” kata Bahlil di Jakarta, Rabu ( 25/2024).
Bahlil sudah meramalkan situasi tersebut sejak menjabat Menteri Energi dan Mineral. Mereka tidak takut untuk berjuang menjaga kedaulatan negara, sehingga tidak boleh ada pihak yang mempermainkan rencana ini.
“Tidak boleh, dulu saya tinggal sendiri, tapi sekarang mohon maaf, benda ini ada hak patennya, benda ini jumlahnya hanya sedikit,” ujarnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pengembangan DME masih terkendala permasalahan ekonomi. Selain itu, baru-baru ini perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products & Chemical Inc, memutuskan hengkang dari proyek DME PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Kaltim Prima Batubara (KPC).
Sebelumnya, Lana Saria, Ekonom Sumberdaya Kementerian ESDM, mengakui bahwa tidak menutup kemungkinan perusahaan yang berencana mengembangkan DME akan melakukan perubahan pada labanya. Namun hingga saat ini Kementerian Keuangan belum menerima permintaan perubahan rencana pengembangan DME.
“Saat ini belum ada perubahan, kalau DME ada perubahan tapi belum disampaikan ke pemerintah,” kata Lana saat ditemui di kompleks Parlemen, Rabu (19/06/2024).
Di sisi lain, Lana mengatakan pemerintah juga tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan asal China untuk menggantikan Air Products dalam menggarap proyek DME di Indonesia.
PTBA mengungkapkan, pihaknya saat ini sedang melakukan negosiasi dengan East China Engineering Science and Technology Co.LTD. melanjutkan proyek gasifikasi batubara di DME. Produk dari Air naik
Air Products & Bahan Kimia Inc. memutuskan untuk menarik seluruh komitmen investasi pada proyek batubara dalam di Indonesia dan memulangkan dananya ke negara asalnya. Perusahaan Amerika itu awalnya berkomitmen untuk mengembangkan dua proyek batubara bawah tanah.
Pertama, proyek batu bara menjadi gas di DME Muara Enim, Sumatera Selatan melalui perusahaan patungan dengan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pertamina (Persero). Air Products pertama kali berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 30 triliun pada proyek yang bertujuan untuk memproduksi 1,4 juta ton DME per tahun untuk menggantikan 1 juta ton LPG yang diimpor per tahun.
Padahal, kedalaman program DME sudah dibuka pada Januari 2022 oleh Presiden Jokowi. Orang pertama di Indonesia ini juga menaruh harapan besar bahwa proyek DME dapat mengurangi beban LPG yang mencapai Rp 80 triliun.
Kedua, proyek gasifikasi batubara menjadi metanol melalui kerja sama dengan konsorsium Grup Bakrie yang meliputi PT Bakrie Capital Indonesia, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Ithaca Resources. PT Kaltim Prima Coal milik BUMI berencana memasok 1,8 juta ton metanol setiap tahunnya dari tambangnya ke proyek tersebut. Rencana investasi pada proyek ini sebesar Rp 33 triliun.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel