Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa pertambangan Chevron diperkirakan akan segera mendapat persetujuan dari Federal Trade Commission (FTC) AS untuk melanjutkan pembelian Hess senilai $53 miliar atau sekitar Rp805,14 triliun.

Menurut sumber Reuters yang dikutip Selasa (24/9/2024), lampu hijau dari FTC diperkirakan akan datang pada pekan ini. Meski demikian, akuisisi raksasa ini tetap menjadikan Exxon Mobil sebagai tantangan.

Tindakan perusahaan ini pertama kali diumumkan pada Oktober 2023, ketika FTC mengirimkan permintaan informasi tambahan ke Chevron.

Namun, mitra Exxon Mobil dan Hess di perusahaan patungan Guyana, CNOOC Ltd, menentang perjanjian ini. Mereka berhak menolak penjualan aset Hess di Guyana. Wilayah ini merupakan aset utama dalam merger Chevron dan Hess.

Komisi Tripartit akan menyidangkan kasus ini pada bulan Mei 2025, dan keputusannya diperkirakan akan diambil pada bulan Agustus atau September 2025.

Akuisisi Hess merupakan salah satu transaksi konsolidasi terbesar di industri minyak dan gas AS. Kesepakatan ini menyusul akuisisi Pioneer Natural Resources senilai $60 miliar yang dilakukan Exxon pada Mei lalu. Selain itu, dua merger besar lainnya yaitu akuisisi CrownRock oleh Occidental Petroleum dan akuisisi Endeavour Energy Resources oleh Diamondback Energy juga telah selesai.

Namun, Exxon dikondisikan oleh FTC untuk menarik tawarannya untuk mendapatkan kursi di dewan Pioneer sebagai bagian dari perjanjian merger. FTC menuduh Exxon berkolusi dengan OPEC untuk mengurangi produksi minyak guna mendongkrak harga minyak, tuduhan yang dibantah oleh CEO Pioneer, Scott Sheffield.

Pada saat yang sama, perselisihan antara kemitraan Exxon, Hess dan CNOOC mengenai grup perusahaan di Guyana diperkirakan akan menunda penyelesaian akuisisi hingga paruh kedua tahun 2025. Konsorsium tersebut menguasai salah satu ladang minyak paling menguntungkan di dunia dengan cadangan lebih dari 11,6 miliar barel. Minyak dan gas telah ditemukan sejak tahun 2015.

Exxon, sebagai operator utama, memiliki 45% saham di grup tersebut, sedangkan Hess dan CNOOC memiliki saham minoritas. Pendapatan gabungan ketiganya dari Guyana tahun lalu adalah $6,33 miliar, dengan total $11,25 miliar.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel