Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba bershih bank umum pekalan Rp149,62 triliun pada Juli 2024, tumbuh 6,03% secara tahuan (YoY/YoY) dari Rp11 triliun, laba kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) namun, masih mengalami penurunan.

Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK terbaru pada Selasa (24/9/2024), BPD membukukan laba Rp7,81 triliun hingga bulan ketujuh tahun ini. Meski tumbuh Rp 1 triliun secara bulanan, namun capaian tersebut masih minus 4,17% dari laba Rp 8,15 triliun pada Juli 2023.

Dampaknya, dari sisi laba bersih, BPD akan tertinggal dibandingkan kelompok perbankan lain seperti bank BUMN, bank swasta, dan bank cabang luar negeri (KCLBN) atau bank asing hingga Juli 2024.

Sebelumnya, Wakil Ketua II Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Esbanda) Bosrul Iman menjelaskan beberapa faktor penyebab menurunnya laba BPD. 

“Secara umum laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingginya biaya dana yang dialami beberapa BPD dan pembentukan CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai],” kata Bisnis Business, Senin (9/9/2024) lalu.

Ia melanjutkan, pembentukan CKPN dilakukan oleh beberapa bank daerah dalam upaya meningkatkan cakupan atau kecukupan likuiditas. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (BI) no. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, item penyesuaian CKPN dibuat apabila nilai buku aset keuangan setelah dilakukan penurunan nilai lebih rendah dari nilai buku awal.

Bosterol kemudian memaparkan strategi mempertahankan laba bersih BPD hingga akhir tahun 2024. Selain menggencarkan upaya pemulihan, pihaknya juga mendukung pengembangan dunia usaha guna meningkatkan pendapatan dari sektor perkreditan.

Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. Bank Jatim (BJTM) juga menyoroti peningkatan pendapatan fee atau pendapatan bunga non-pinjaman lainnya sebagai upaya lain menjaga laba bersih bank daerah hingga akhir tahun. 

“Di sisi lain, penting untuk mengefektifkan upaya, terutama dari penggalangan dana CASA [giro tabungan] yang murah/lebih baik,” jelas Busrul.

Sementara itu, selain penurunan nilai yang dialami kelompok BPD, nilai laba bersih bank-bank BUMN atau BUMN per Juli 2024 masih unggul dibandingkan kelompok lainnya.

Data OJK menunjukkan grup perbankan pelat merah ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 74,84 triliun pada bulan ketujuh tahun ini, meningkat 3,34% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan nilai nominal Rp 72,42 triliun. Kelompok ini juga menguasai total laba bersih industri dengan persentase mencapai 50,02%.

Di bawah bank pemerintah terdapat bank swasta yang melaporkan laba sebesar Rp58,57 triliun pada Juli 2024, meningkat 8,91% dari posisi Juli 2023 sebesar Rp53,78 triliun. Laba bank swasta juga mendominasi dengan 39,15% laba bank nasional.

Bank asing kembali menempati posisi berikutnya dengan total laba Rp 8,4 triliun per Juli 2024, mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 24,26% dari level Rp 6,76 triliun pada tahun sebelumnya. Porsi bank asing terhadap total keuntungan perbankan nasional pada Juli 2024 sebesar 5,61%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel