Bisnis.com, JAKARTA – Pasar kecerdasan buatan (AI) di Indonesia diperkirakan mencapai $2,4 miliar pada tahun 2024 dan meningkat menjadi $10,8 miliar atau Rp163,83 triliun pada tahun 2030, dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 24%. 

Presiden Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan, menurut data Statista, pertumbuhan tersebut didukung oleh solusi machine learning sebagai kontributor terbesar, disusul natural bahasa serta teknologi otonom & sensor dan Computer Vision.

Tak hanya itu, Teguh juga menyampaikan, AI akan meningkatkan PDB negara-negara Asia, termasuk Indonesia, sebesar 5,6% – 10,4% pada periode 2017 -2030. 

“Kemajuan kami sejalan dengan produktivitas, personalisasi, penghematan waktu, dan peningkatan kualitas,” kata Teguh, Kamis (24/9/2024). 

Dari sisi industri, kata Teguh, yang paling banyak mengadopsi solusi AI adalah industri perbankan, pemerintahan, manufaktur, dan ritel. Solusi AI digunakan oleh departemen-departemen ini untuk menganalisis penipuan dan memberikan rekomendasi produk yang relevan kepada pelanggan. 

“Agen keamanan publik dan layanan virtual (komunikasi AI) juga banyak digunakan sebagai solusi industri,” kata Teguh. 

Namun Teguh mengingatkan, penerapan AI di Indonesia memiliki banyak tantangan. Dari perspektif kebijakan, pemerintah harus mengatur perlindungan data pribadi dan standar organisasi dan distribusi data AI. 

Selanjutnya, ekosistem industri juga harus dibentuk melalui pemberian ilmu pengetahuan dan pelatihan menggunakan AI. 

“Pembangunan sumber daya manusia yang terampil di bidang operasional industri juga harus diwujudkan,” kata Teguh.

Sebelumnya, Staf Ahli Bidang Masyarakat, Bisnis, dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika Wijaya Kusumawardhana mengatakan kontribusi AI terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) pada tahun 2030 mencapai US$ 13 triliun di seluruh dunia dan di ASEAN mencapai AS $1 triliun. .

Wijaya mengatakan sektor keuangan seperti perbankan akan merasakan manfaat dari kontribusi AI dalam meningkatkan PDB negara. Menurutnya, pengembangan ekonomi dari AI harus dimanfaatkan oleh pelaku usaha tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga industri lainnya.

“Yang paling besar tentunya di bidang transaksi finansial, itu pasti karena penting bagi besarnya perkembangan ekonomi digital,” kata Wijaya pada Konferensi Bisnis Seluler bertajuk ‘AI: Sekadar Tren atau Wajib’. di Jakarta, Senin (9/9/2024).

Selain itu, Wijaya mengungkapkan sektor kesehatan dan sektor pendidikan juga mendapat berkah dari kecerdasan buatan.

Bahkan, Wijaya mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mendorong penerapan AI di bidang pendidikan. Salah satunya tentang mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meningkatkan pendidikan.

“Karena kami banyak berbagi,” imbuhnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel