Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan sebagian besar aliran dana investasi di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN masih mengalir ke Singapura.

Rosan mengatakan investasi merupakan salah satu sektor utama yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dikatakannya, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi dalam negeri dengan porsi sekitar 55%, disusul investasi sekitar 28%, dan sisanya konsumsi pemerintah, ekspor-impor dan lain-lain.

Ia mengatakan potensi pertumbuhan investasi Indonesia masih sangat tinggi di masa depan. Meski demikian, Rosan mengatakan saat ini pertumbuhan investasi di Indonesia, khususnya dari investor asing, masih belum begitu baik.

Rosan mengatakan, dari total investasi asing langsung (FDI) di ASEAN yang hampir mencapai US$300 miliar, sekitar 50%-nya masuk ke negara tetangga Indonesia, yakni Singapura.

“Bagi Indonesia, FDI-nya hanya sekitar 10%. Padahal kalau kita lihat Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asean, Indonesia memiliki hampir 40% perekonomian Asean,” kata Rosan di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta Selasa. (24/09/2024).

Oleh karena itu, Rosan mengatakan upaya menarik investasi harus terus ditingkatkan ke depan. Selain pangsa ekonominya yang besar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga memiliki karakteristik pendukung seperti demografi dan wilayah yang lebih luas dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Dikatakannya, dengan kombinasi upaya peningkatan investasi, bonus demografi, dan pengembangan sumber daya manusia, serta kebijakan terbaik, Indonesia dapat keluar dari middle income trap dan bangkit menjadi negara berpendapatan tinggi.

“SDM kita juga menjadi pekerjaan rumah utama yang menurut kami perlu dikembangkan, begitu juga dengan investasi tentunya. Jika SDM kita dikembangkan, maka investasi dan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut,” jelas Rosan.

Sementara itu, Rosan mengatakan pemerintah akan berupaya mendorong investasi di sektor energi ramah lingkungan seiring dengan tingginya permintaan investasi di sektor tersebut.

Salah satu strategi yang disiapkan Kementerian Investasi adalah membangun kawasan bisnis berbasis energi bersih. Selain itu, perluasan kawasan industri yang ada akan dilakukan dengan menggunakan energi ekologis.

Rosan mengatakan, saat ini belum ada sektor usaha terintegrasi yang memanfaatkan energi bersih dan ramah lingkungan secara maksimal. Ia mengatakan, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dalam hal ini.

“Satu perusahaan Singapura, mereka membangun 13 di Vietnam saja, tahun ini 18 berbasis energi bersih. Hal ini karena permintaan baterai EV, manufaktur EV dan lain-lain, mereka mengatakan ingin berinvestasi di negara tersebut dan berdasarkan real energi” kata Rosan

Selain itu, Indonesia juga akan mendorong investasi masuk untuk menjadi netral karbon. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan nol emisi pada tahun 2060. 

“Nah, kita akan coba menggabungkan investasi dengan bisnis karbon kita, yang juga ingin kita kembangkan. Nah, mungkin itu yang ingin kita dorong ke depan agar kita bisa mempercepat investasi berbasis energi bersih,” Rosan dikatakan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel