Bisnis.com, JAKARTA – Mercedes Benz memutuskan hengkang dari perusahaan patungan yang didirikan bersama BYD, yakni Denza. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya perang dagang antara Eropa dan Tiongkok.

Berdasarkan laporan Bloomberg yang disebutkan pada Senin (23/9/2024), BYD mengakuisisi sisa 10% saham yang dilepas Mercedes Benz. Alhasil, BYD kini memegang kendali penuh atas merek mobil listrik Denza.

Sedangkan BYD dan Mercedes Benz membentuk perusahaan patungan untuk Denza pada tahun 2011. Denza merupakan sub-merek BYD yang fokus pada pengembangan dan pemasaran kendaraan listrik premium.

“Kemitraan antara BYD dan Mercedes-Benz telah berakhir setelah 13 tahun bermitra. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan Eropa,” tulis laporan Bloomberg.

Seperti diketahui, Uni Eropa berencana mengenakan pajak sebesar 35,3 persen terhadap kendaraan listrik asal China jika masuk ke Eropa. Keputusan tarif akan diumumkan setelah pemungutan suara pada 25 September 2024.

Tak hanya itu, kinerja penjualan yang buruk menyebabkan Mercedes Benz yang saat itu masih bernama Daimler memutuskan untuk mengurangi kepemilikannya di perusahaan patungan Denza pada tahun 2021 saja. menunjukkan

Setelah merencanakan ulang strateginya pada tahun 2022, Denza mampu kembali meraih popularitasnya di pasar mobil listrik perdana. Salah satu produk andalannya, minivan D9, mencatatkan penjualan terbaik di segmen minivan mewah pada tahun 2023.

Kesuksesan D9 mendorong Denza untuk terus mengembangkan portofolio produk premiumnya. Dalam waktu dekat, Denza akan meluncurkan model Z9GT yang merupakan mobil listrik mewah versi terbaru. Harganya diperkirakan $47.900 atau sekitar $742,45 juta (sesuai kurs Rp 15.500 per dolar AS).

Keputusan BYD mengakuisisi 100% saham Denza dinilai sebagai upaya memperkuat posisinya di segmen mobil listrik premium China. Pasalnya, pasar mobil listrik di Tanah Air sedang berkembang pesat, seiring dengan berkembangnya pabrikan lokal seperti BYD.

Sementara itu, tekanan Uni Eropa terhadap mobil listrik asal China menjadi salah satu faktor penyebab perubahan tersebut. Tindakan proteksionis yang dilakukan Uni Eropa berpotensi menghalangi produsen mobil listrik Tiongkok, termasuk BYD, untuk mengakses pasar Eropa.

Dengan kendali penuh atas Denza, BYD dapat leluasa mengatur strategi pengembangan produk di pasar lokal, sekaligus bersiap menghadapi tantangan pasar internasional.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel