Bisnis.com, Jakarta – Gabungan Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) dan PT Trans Digital Semarlang (TDC) meyakini keamanan digital menjadi kunci utama untuk meningkatkan kepercayaan merchant dalam menggunakan QRIS dalam bertransaksi.
Administrator APPBI Ahmed Filasaf mengatakan transaksi QRIS di tingkat UMKM seringkali disalahgunakan dengan berbagai cara oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga semakin meningkatkan pentingnya peningkatan keamanan jaringan perbankan.
Pentingnya peningkatan keamanan digital dalam bertransaksi merupakan aspirasi yang sering diungkapkan para pengusaha batik di daerah, ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (21/9/2024).
Filasaf mencontohkan, pembayaran digital semakin banyak digunakan oleh para pengusaha batik baik di kota maupun daerah besar. Padahal, sebelum pandemi COVID-19 merebak, dia mengatakan sebagian besar transaksi dilakukan melalui QRIS dan mesin penangkap data elektronik (EDC) atau yang lebih dikenal dengan transfer bank.
“Hingga 90% pengusaha dan perajin batik, baik grosir maupun toko, saat ini menggunakan mesin QRIS atau setidaknya mesin EDC. Mereka jarang menggunakan uang tunai,” katanya.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan kepada para pedagang batik di daerah-daerah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas jaringan internet. Tujuannya adalah untuk memudahkan pedagang melakukan transaksi dengan cepat dan efisien.
Sementara itu, Direktur Utama PT TDC Indra mengemukakan beberapa hal untuk menghindari penipuan transaksi digital. Kasus pertama mengenai kriteria perusahaan afiliasi atau penyedia layanan aplikasi yang akan menggunakan QRIS dalam bertransaksi, yakni harus memiliki standar ISO dalam manajemen mutu, manajemen anti suap, dan sistem keamanan informasi.
Ekspektasi lain yang bisa dilakukan adalah waktu transaksi QRIS. Ia mencontohkan sistem dari Poscu Lite, salah satu produk PT TDC, yang secara otomatis akan menonaktifkan QRIS jika tidak ada transaksi dalam waktu 2 menit.
“Kunci besar lainnya untuk menghindari penipuan atau penyalahgunaan QRIS adalah edukasi yang luas, komprehensif dan melibatkan semua pihak,” tegasnya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filiansih Hendarta mengatakan, pihaknya selalu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang terkait keamanan transaksi QRIS. BI menggandeng beberapa entitas seperti Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan pelaku industri Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) dalam melaksanakan hal tersebut.
Menurutnya, keamanan transaksi QRIS merupakan tanggung jawab bersama antara merchant dan pedagang, yang dapat diwujudkan dengan mengecek status pembayaran pembeli.
“Jangan menyimpan barcode di mana pun. Oleh karena itu, berhati-hatilah jika pelanggan memindai QRIS di depannya atau di mesin EDC,” ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (20/06/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel