Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan target rencana pengembangan sistem penyimpanan energi baru atau terbarukan (BESS) pada tahun 2060.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eniya Listiani Dewi mengatakan Indonesia memiliki kemampuan mengolah sumber daya alam menjadi baterai bernilai tambah yang akan menjadi bagian transisi energi.
“Pada tahun 2060, target baterai sebagai penyimpan energi adalah baterai penyimpan energi sebesar 18 gigawatt. Jadi kita butuh banyak, 2 gigawatt pada tahun 2030,” kata Eniya JCC Senayan kepada wartawan, Kamis (05/09/2024).
Sementara rencana ini dituangkan dalam Otoritas Umum Ketenagalistrikan (RUPTL). Proyek ini merupakan bagian dari upaya menyediakan rumah di banyak wilayah tanpa transmisi listrik.
Eniya menjelaskan, baterai penyimpan energi diperlukan untuk menggabungkan energi terbarukan yang berfluktuasi dengan baterai. Dalam hal ini, baterai perlu menguasai pangsa pasar di Indonesia Timur.
Sebab di kawasan ini hanya terdapat sistem pemadaman atau pembangkit listrik yang tidak terkoneksi dengan jaringan listrik. Sedangkan listrik dihasilkan dari air atau solar.
“Jadi kami mendorong konsep sistem elektronik pintar bersama dengan sistem energi mekanik,” jelasnya.
Sebagai latar belakang, Eniya melaporkan bahwa Indonesia saat ini memiliki sekitar 91 gigawatt dari total kapasitas pembangkit listrik terpasang, yang sebagian besar berasal dari batu bara dan sekitar 13 gigawatt dari energi terbarukan.
Mencapai tahun 2006 “untuk mencapai emisi net zero, Eniya menghadapi 2 tantangan besar, yaitu penghentian bertahap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pertumbuhan EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil serta perkiraan peningkatan permintaan tahunan sebesar 4%.
Sebagai solusinya, pada tahun 2060 pemerintah menargetkan pengembangan energi terbarukan sebesar 367 gigawatt (GW). PLTS akan berkapasitas 115 GW, pembangkit listrik terbesar, disusul PLTA (46 GW), PLT amonia (41 GW). dan PLTB (37 GW). Selain itu, setelah tahun 2030, tidak ada lagi pembangkit listrik tenaga batu bara yang akan dibangun, kecuali yang sedang dibangun.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel