Bisnis.com, Mangupur – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap keandalan obat gejala asal Indonesia yang diakreditasi pemerintah Tanzania. Hal ini akan meningkatkan potensi kerja sama antara kedua negara. 

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, lembaga pengawas Indonesia telah mendapat pengakuan dari Tanzania sehingga keduanya bisa menyepakati kerja sama untuk memperluas pasar farmasi Indonesia di Afrika. 

Pada Indonesia Africa Forum (IAF) ke-2, pihak bertemu dengan Tanzania Medicines and Medical Devices Authority (TMDA) dan menandatangani nota kesepahaman untuk menjalin kemitraan strategis. 

“Obat simtomatik ini jelas lebih efektif dibandingkan obat yang berasal dari India dan China, karena India dan China juga sedang mencoba masuk,” kata Indonesia Africa Forum (IAF) 2024, Selasa (3/3/)9/2024). 

Obat simtomatik asal Indonesia diakui pemerintah Tanzania dan dinilai lebih efektif dibandingkan obat asal China dan India. Karena dibutuhkan 4 kapsul obat dari China dan India untuk menunjukkan efektivitasnya, namun obat dari india menunjukkan efek penyembuhan yang lebih cepat.

Sementara itu, Taruna mengatakan kerja sama dengan Tanzania sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kapasitas ekspor, khususnya produk obat tradisional dan gejala yang diproduksi di dalam negeri.

Sejauh ini, sudah ada 8 jenis obat produksi perusahaan farmasi nasional yang diekspor ke Tanzania. Obat yang diekspor antara lain obat flu, ondansetron (obat anti mual), medroxyprogesterone acetate (obat anti hamil), omeprazole (obat sakit maag), doripenem (antibiotik), cefixime (antibiotik), asam mefenamat (obat analgesik) dan ketoconazole (obat anti mual). – antiinflamasi). 

“Kami memahami Tanzania merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya cukup besar dan maju di Afrika, jumlah penduduknya 67 juta jiwa, jadi cukup besar,” ujarnya. 

Kesepakatan antara Indonesia dan Tanzania meliputi kesepakatan dari segi teknis, pengawasan regulasi obat, pemberian bantuan teknis oleh BPOM dengan Kementerian Kesehatan Tanzania. 

“Sebagai salah satu tanggung jawab kami sebagai Kepala Badan POM, kami berharap dapat meningkatkan profil badan pengawas obat dan makanan ini secara global,” jelasnya. 

Dengan kerja sama ini, TMDA dapat mengandalkan hasil evaluasi obat dan pemeriksaan Good Manufacturing Practice (GMP) yang dilakukan BPOM. Hal ini akan mempercepat proses registrasi dan perizinan produk farmasi Indonesia di Tanzania, sehingga meningkatkan akses masyarakat Tanzania terhadap obat-obatan yang mereka butuhkan.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel