CEO Bisnis.com, Jakarta – PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) Ivan Kahyadi menggambarkan karirnya sebagai hasil investasi perusahaan dalam pengembangan karyawan dan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Pasalnya, Sampoorna menawarkan kesempatan untuk memulai karir dan mengembangkan diri.

Samporna merupakan perusahaan pertama Ivan yang memulai karirnya pada tahun 1996 setelah lulus dengan gelar BA bidang Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya). Ivan memulai karirnya sebagai mahasiswa manajemen.

Mengenang awal mula karirnya, orang yang menjadi top leader sejati hingga 1 Mei 2024 ini mengatakan, dalam 4 tahun pertama karirnya di Sampoorna, ia mendapat penugasan di berbagai bidang antara lain HR, IT, Sales. , untuk keuangan, pemasaran. Ivan juga terlibat dalam Proyek Rantai Pasokan Samporna.

Evan mengaku awalnya tidak mengetahui rencana besar perusahaan yang akan membaginya menjadi beberapa bagian. Namun ketika dia merenung, dia menyadari bahwa perusahaan sedang berinvestasi, mendidiknya untuk mengeluarkan yang terbaik dari dirinya.

Lalu saya mendapat proyek baru di PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas, anak perusahaan Sampoerna, kata Ivan kepada media di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Di anak perusahaan ini, Evan ditugaskan di Departemen Pengembangan Bisnis dan Perencanaan. Peluang proyek ini membuat pengalaman 4 tahun pertamanya bermanfaat.

Sekitar 5 tahun karir Ivan, Sampoorna bermitra dengan Philip Morris International (PMI), yang kini menjadi perusahaan induk Sampoorna. Pada tahun 2005, Sampoerna diakuisisi oleh PMI dan menjadi pemimpin pasar di Indonesia.

Ia mengatakan, pengalaman mengikuti berbagai bidang dan proyek merupakan pengalaman berharga baginya dan juga menunjukkan tingginya komitmen investasi perusahaan di bidang sumber daya manusia.

“Kemudian saya menyadari bahwa perusahaan telah berinvestasi dalam memahami seluruh proses bisnis. Sejak saya bergabung dan akhirnya pada tahun 2005, Samporna menjadi pemimpin pasar,” ujarnya.

Ivan kemudian dipercaya sebagai General Manager Timur yang mencakup wilayah Pekalongan hingga Merauke. Setahun kemudian, Ivan bekerja sebagai Sales Manager Wilayah Barat dengan wilayah kerja dari Cirebon hingga Sabang.

“Saya bersyukur di Sampoorna bisa bekerja dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya.

Karier Ivan terus menanjak dengan dipercaya menjabat sebagai Direktur Penjualan dan Distribusi mitra PMI asal Malaysia, Godfrey Philip Morris. Setelah mengabdi selama setahun di negeri jiran, Ivan dipanggil kembali ke Indonesia pada tahun 2010 untuk bekerja sebagai manajer proyek penjualan.

“Saya hanya mendapat satu tugas dan diminta fokus selama 3 bulan untuk membuat roadmap Sampoorna lima tahun ke depan seperti apa,” imbuhnya.

Ivan kemudian diangkat menjadi Direktur Penjualan Samporna pada tahun 2016. Pria asal Surabaya ini kemudian mempelopori program Sampoorna Retail Community (SRC) untuk memberikan pembinaan dan pengembangan bagi para pedagang grosir di seluruh Indonesia.

“Saat ini Sampoorna telah mendukung lebih dari 250.000 toko kelontong SRC di Indonesia yang merupakan bisnis ritel untuk bisnis ritel. SRC ini lebih besar dari jaringan ritel mana pun,” jelasnya.

Selain SRC, Sampoorna juga memperkenalkan produk tembakau baru tanpa asap sebagai inovasi terbaru perusahaan selama menjabat sebagai manajer penjualan.

“Kemudian saya menjadi CEO Sampoorna pada awal Mei 2024,” ujarnya.

Seperti diketahui, pemegang saham pada rapat umum pemegang saham tahun 2024 juga menyetujui pengangkatan Ivan sebagai CEO baru Sampoerna menggantikan Vassilis Gkatzelis efektif 1 Mei 2024.

Sebagai orang nomor satu di Sampoorna, Ivan menekankan untuk melanjutkan komitmen Sampoorna terhadap pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya diperuntukkan bagi karyawan Sampoorna, namun juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk perusahaan UMKM, serta petani tembakau dan cengkeh. Komitmen terhadap pengembangan sumber daya manusia

Berkaca pada perjalanan karirnya selama hampir 27 tahun dari entry level hingga puncak di Samporna, Evan mengakui ada alasan kuat untuk bertahan dan bekerja di perusahaan yang kini telah berusia 111 tahun tersebut.

Menurutnya, Samparna sangat tertarik dengan pengembangan sumber daya manusia. Sebagai karyawan, Sampoorna memberikan kesempatan untuk pengembangan diri melalui berbagai jenis pelatihan, ujarnya.

“Saporna sangat berkomitmen dalam investasi sumber daya manusia. Saya bisa jadi contoh dan masih banyak lagi yang lainnya,” ujarnya.

Komitmen Sampoorna terhadap pengembangan sumber daya manusia, kata dia, sejalan dengan motto perusahaan, Agarda Paramita atau Menuju Kesempurnaan.

Ia mengatakan, upaya menuju kesempurnaan melalui kerja keras dan pengembangan diri merupakan sebuah perjalanan panjang untuk mampu menerapkan inovasi yang memberikan dampak positif tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

Agar dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional, Sampoorna saat ini membina 22.000 mitra petani melalui perusahaan pemasok tembakau.

Selain mitra petani, lanjutnya, pengembangan SDM 250.000 toko kelontong SRC bantuan Sampoorna yang omzetnya sudah mencapai Rp 236 triliun atau setara 11,36% dari total PDB ritel pada tahun 2022 juga terus dilakukan.

Komitmen kuat Sampoorna terhadap pengembangan sumber daya manusia tidak lepas dari filosofi Tiga Tangan dengan tiga pilarnya. Konsumen dewasa, karyawan, mitra bisnis, pemegang saham; dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

“Saporna bisa menjadi seperti sekarang ini berkat pengembangan sumber daya manusia yang kita miliki seiring dengan pertumbuhan Indonesia yang memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan,” kata Ivan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel